Total Tayangan Halaman

Selasa, 23 Oktober 2012

ABU HURAIRAH


Keutamaan Abu Hurairah Menurut Para Ulama Salaf

Keutamaan Abu Hurairah Menurut Para Ulama Salaf .Tentu sebagian besar kaum muslimin telah sering mendengar nama salah seorang shahabat yaitu Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu yang merupakan tokoh masyhur dalam masalah periwayatan hadits. Dia hidup bergaul dengan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam pergaulannya ini, dia memanfaatkan secara penuh untuk menggali dan merekam persoalan-persoalan agama yang disampaikan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dia ikut menghadiri majelis Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, makan dan minum bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, juga ikut berperang bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sehingga Rasulullah pun pernah memberikan kepercayaan kepada Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu untuk menyampaikan perintah Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud rahimahullah dengan sanad yang shahih. Abu Hurairah berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kapadaku, ”Keluarlah! Sampaikan kepada orang-orang di Madinah, bahwasanya tidak shahih shalat, kecuali dengan membaca Al Qur’an, sekalipun hanya membaca Al Fatihah dan beberapa ayat tambahan.”

Rekomendasi dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ini merupakan tautsiq yang sangat berharga, dan kisah-kisahnya banyak tersebar di berbagai kitab. Akan tetapi, para penggugat hadits-hadits Abu Hurairah berpendapat, semuanya berasal dari riwayatnya belaka. Hal ini dijadikan sebagai landasan (untuk menuduh), bahwa hal itu hanya dibuat-buat untuk kepentingan (Abu Hurairah) sendiri dan sanjungan kepadanya. Padahal, tidaklah demikian adanya. Seandainya Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu benar seperti yang mereka tuduhkan, tentu hadits-hadits yang disampakannya akan ditolak oleh para sahabat Radhiyallahu 'anhum, dan mereka pun akan melarang kaum muslimin untuk bergaul dan mendengar ucapannya.

Pengakuan terhadap kejujuran Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu ini, dapat kita perhatikan beberapa sikap para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in atas beliau Radhiyallahu 'anhu yang disampaikan oleh para ulama’. Yang semua itu menunjukkan kemuliaan Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, keandalan dan kuatnya hafalan beliau Radhiyallahu 'anhu.

PENGAKUAN DARI PARA SAHABAT
1. Thalhah bin Ubaidillah Al Quraisy Radhiyallahu 'Anhu
Thalhah bin Ubaidillah adalah salah seorang dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Dia memberikan rekomendasi (tautsiq) kepada Abu Hurairah, sebagaimana diriwayatkan Imam Tirmidzi lewat jalan periwayatan Malik Ibnu Abu Amir rahimahullah, ia berkata : Seseorang datang kepada Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu 'anhu, dan bertanya,”Wahai, Abu Muhammad ! Tahukah engkau dengan seorang Yamani (keturunan Yaman), yakni Abu Hurairah? Benarkah ia seorang yang lebih mengetahui hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam daripada kalian? Kami mendengar darinya hadits yang tidak kami dengar dari kalian, ataukah ia berkata sesuatu atas nama Rasullullah yang tidak Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sabdakan?!” Thalhah Radhiyallahu 'anhu menjawab,”Adapun ia mendengar dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sesuatu yang kami tidak mendengarnya, maka sesungguhnya aku sama sekali tidak meragukannya bila ia telah mendengar dari Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam hadits yang kami tidak mendengarnya. Hal itu disebabkan ia seorang yang miskin, tidak memiliki harta dan menjadi tamu bagi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, selalu hadir bersama Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sedangkan kami memiliki keluarga dan kecukupan, hingga kami mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pada pagi dan sore hari saja. Sekali lagi, kami tidak ragu, bila ia telah mendengar dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hadits yang kami tidak mendengarnya. Dan kami tidak mendapatkan seorangpun yang memiliki kebaikan berkata atas nama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sesuatu yang Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengatakannya.” Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Al Bukhari, Ad Daulabi, Abdullah bin Ahmad bin Hambal dan Al Hakim rahimahullah.

Dalam lafazh yang diriwayatkan Al Baihaqi rahimahullah, terdapat tambahan berharga, dalam Al Madkhal dari jalan periwayatan Asy’ats, dari bekas budak (maula) Thalhah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Abu Hurairah sedang duduk-duduk. Tiba-tiba, seseorang melintas di hadapan Thalhah, seraya berkata kepadanya, ”Abu Hurairah telah memperbanyak hadits.” Thalhah Radhiyallahu 'anhu menjawab, ”Kami telah mendengar sebagaimana yang ia dengar, akan tetapi ia sangat kuat hafalannya dan kami telah lupa.”

Disini kita bisa mengetahui, Thalhah Radhiyallahu 'anhu telah memberikan kesaksian, bahwa Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu termasuk ahlul khair, disamping kesaksiannya bahwa Abu Hurairah telah mendengar dan menghafalnya.

2. Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu Dan Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu 'Anhu.
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu pernah berkumpul dengan Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu dalam satu majelis, lalu berfatwa dengan pendapat yang menyelisihi pendapat Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu. Seandainya Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu tidak ridha kepadanya, sebagaimana yang dilukiskan oleh sebagian orang, tentu Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu akan melarangnya berbicara dan melarang orang menerima pendapatnya. Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu juga pernah meminta fatwa Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu mengenai permasalahan yang berkaitan dengan shalat, lalu ia pun mengikuti fatwa itu.

Dan pengakuan Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu terhadap Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu juga terlihat dengan meriwayatkan hadits darinya. Kita akan mendapatkan banyak contoh riwayat Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu dari Abu Hurairah dalam Shahih Al Bukhari. Pada sebagiannya, Ibnu Abbas secara sangat jelas mengakui hadits yang diriwayatkannya dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Beliau berkata,”Sedikit pun, aku tidak melihat yang lebih benar (mendefinisikan) al lamam (dosa kecil), (kecuali) yang dikatakan Abu Hurairah dari Rasulullah: “Sesungguhnya, Allah telah mencatat atas Ibnu Adam bagiannya dari perbuatan zina yang pasti akan ia lakukan, dan tidak mungkin tidak. Maka, zinanya mata adalah melihat, dan zinanya lisan adalah bertutur kata,” yakni pengertian al limam (dosa kecil), menurut lbnu Abbas Radhiyallahu 'anhu adalah perkara-perkara seperti ini.

Begitu juga kita dapati riwayat-riwayat Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu yang lainnya dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu terdapat dalam Sunan An Nasa’i, Abu Dawud, serta Ibnu Majah.

Disamping meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Ibnu Abbaz Radhiyallahu 'anhu juga memperbolehkan murid-murid dan bekas budaknya meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Kita mendapati banyak para perawi yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu merupakan tokoh besar, murid dan sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu yang terkenal. Mereka adalah para tokoh generasi tabi’in dan orang-orang pilihan. Periwayatan mereka ini merupakan qarinah (indikasi yang jelas), bahkan sebagai bukti sangat valid dan kuat keridhaan Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu terhadap hal itu, dan persetujuan atas sikap dan perbuatan mereka. Jika tidak, niscaya ia akan melarang mereka mengambil riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu . Terlebih lagi, ia masih hidup sepuluh tahun setelah wafatnya Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.

Sebagaimana halnya Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu yang memperbolehkan muridnya meriwayatkan hadits-hadits dari Abu Hurairah, begitu pula halnya dengan sahabat lainnya, yaitu Abu Said Al Khudri. Dia juga menerima hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan meriwayatkannya. Dan ditemukan pula ada beberapa muridnya yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Bahkan Abu Said Radhiyallahu 'anhu bersedia menjadi makmum, shalat di belakang Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Ini termasuk jenis tautsiq (pengakuan) yang sangat jelas, yang dapat ditambahkan untuk menjadi dalil dan bukti.

Beginilah sikap Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu 'anhu, padahal ia merupakan salah seorang dari kelompok kecil para sahabat yang diridhai dan disenangi oleh Syi’ah. Orang Syi’ah menyanjungnya sebagai orang yang istiqamah dan segera (cepat) kembali kepada Ali Radhiyallahu 'anhu, dan termasuk sahabat pilihannya. Bagimana pula dengan Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu ? Mengapa orang yang (katanya) mencintai Ali Radhiyallahu 'anhu tidak mengikuti jejak anak paman (sepupu) Ali Radhiyallahu 'anhu ?

3. Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhu
Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu termasuk kelompok kecil dari kalangan sahabat yang disetujui dan diridhai oleh Syi’ah, serta termasuk orang pilihan Ali Radhiyallahu 'anhu. Ath Thusi memujinya sebagai orang yang memiliki kedudukan agung. Ibnu Dawud rahimahullah mengutip, bahwa Ja’far Ash Shadiq menshifatinya dengan inqitha’ (sangat loyal) kepada mereka. Banyak riwayat dari Ash Shadiq, dari ayahnya Muhammad Al Baqir dari Jabir Radhiyallahu 'anhu dalam kitab Shahih Al Bukhari, Shahih Muslim, dan yang lainnya. Demikian juga riwayat Muhammad bin Amru bin Hasan bin Ali darinya (Muhammad Al Baqir).

Jabir Radhiyallahu 'anhu menyebarkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dan meriwayatkannya langsung darinya. Ini sebagai pemberitahuan terhadap seluruh Syi’ah atas rekomendasinya terhadap Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Sebagaimana Ibnu Abbas Radhiyallahu a'nhu dan Sa’id Al Khudri Radhiyallahu 'anhu, ia juga memperbolehkan murid-muridnya menyebarkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Kita akan menjumpai, Jabir Radhiyallahu 'anhu berbuat demikian juga terhadap murid-muridnya.

Bahkan kita mendapati Abu Az Zubair Al Makki Muhammad bin Muslim bermulazamah (mengikuti terus dalam segala keadaannya) kepada Jabir Radhiyallahu 'anhu, dan meriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu a'nhu satu catatan kumpulan hadits beliau yang cukup terkenal, yang para ahli hadits memasukkannya ke dalam kitab-kitab mereka. Beliau juga mendengarkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu, dan tidak ingin lepas mendapat keutamaan meriwayatkan haditsnya, sehingga ia pun meriwayatkan hadits dari Abu ‘Alqamah Al Misri dari Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu.

Kami hanya mencontohkan Abu Az Zubair karena kemasyhuran persahabatannya dengan Jabir Radhiyallahu a'nhu. Jika tidak, maka kebanyakan para perawi dari murid-murid Jabir Radhiyallahu a'nhu atau Ibnu Abbas Radhiyallahu a'nhu dan Sa’id Al Khudri Radhiyallahu a'nhu telah meriwayatkan dan menyebarkan hadits-hadits Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu. Jika kita ingin berdalil dan berhujjah tentang masalah itu dengan berbagai contoh, niscaya akan sangat panjang pembahasannya.

Apakah anda tidak memperhatikan, wahai orang yang bersikap obyektif dan adil?! Sungguh teramat jauh dan mustahil, bila diantara putra-putra Ali Radhiyallahu a'nhum mengucapkan satu kata ataupun kalimat (dimaksudkan) untuk melemahkan Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu, lantas mereka tidak menyampaikannya kepada Jabir Radhiyallahu a'nhu ?! Ataukah anda tidak melihat dan memperhatikan, bahwa sangat jauh dan mustahil mereka memperdengarkannya kepada Jabir Radhiyallahu a'nhu, kemudian Jabir Radhiyallahu a'nhu tidak menyampaikannya kepada murid-muridnya, atau dia menyelisihi mereka hinggga meriwayatkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu ?!

4. Abu Ayyub Al Anshari Radhiyallahu Anhu
Abu Ayyub Al Anshari Radhiyallahu anhu telah meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Padahal, ia memiliki kedudukan yang sangat mulia di kalangan orang Syi’ah. Bahkan, mereka menggolongkannya sebagai satu dari enam orang yang dianggap tidak murtad dari kalangan sahabat.

Al Hakim meriwayatkan satu kisah dari jalan Abu Asy Sya’tsa’, ia berkata : Aku datang di Madinah. Tiba-tiba Abu Ayyub Radhiyallahu anhu meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu. Akupun bertanya kepadanya, ”Engkau meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, padahal engkau pemilik rumah yang disinggahi Rasulullah Radhiyallahu a'nhu?!” Ia pun menjawab, ”Sungguh, aku meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah itu lebih aku sukai daripada aku meriwayatkan langsung dari Rasulullah Radhiyallahu anhu,” yakni ia memberikan peringatan agar tidak meriwayatkan langsung dari Nabi Radhiyallahu anhu, karena khawatir keliru dan salah.

Semakin tampak jelas dan tegas pengakuan Abu Ayyub Al Anshari Radhiyallahu a'nhu terhadap Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dengan periwayatan oleh murid-muridnya dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu juga. Ini juga menunjukkan, bahwa ia belum dan tidak mendengar sesuatu seperti yang dituduhkan ataupun diduga oleh orang, bila Ali Radhiyallahu anhu berkomentar buruk tentang Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu. Padahal, ia termasuk orang yang senantiasa menemani Ali Radhiyallahu a'nhu hingga wafatnya, dan ikut bersamanya dalam peperangan serta bertindak sebagai menterinya (wazir).

Yang termasuk sahabat-sahabat Abu Ayyub Radhiyallahu a'nhu dan murid-muridnya ialah: ‘Atha’ bin Yazid Al Laitsi, Atha’ bin Yassar, Musa bin Thalhah, Abu Salamah bin Abdul Rahman dan Mu’awiyah bin Qurrah Al Muzani. Mereka, seluruhnya termasuk para perawi yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu .

5. Anas dan Wailah Radhiyallahu 'Anhuma
Diantara sahabat yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu adalah Anas bin Malik Radhiyallahu anhu dan Wailah bin Al Asqa’ Al Laitsi Radhiyallahu anhu. Wailah Radhiyallahu anhu adalah sahabat Rasulullah yang terakhir meninggal di Damasqus. Dia meninggal dua puluh tahun setelah Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Berarti, ia memiliki kesempatan untuk memilah-milah seluruh perbuatan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Namun ia tidak menjumpai sesuatu yang dapat menyebabkannya menghentikan periwayatan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Bahkan, ia justru bersemangat dalam menyebarkan haditsnya.

Demikianlah beberapa sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Sebenarnya masih banyak shahabat yang meriwayatkan hadits-hadits darinya, namun kami hanya menyebutkan sebagian saja sebagai contoh. Sekaligus sebagai bukti kepercayaan mereka kepada Abu Hurairah. Kalau seandainya mereka tidak percaya atau menganggap Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berbohong, tentu mereka tidak akan mau mengambil hadits darinya. Dan tentu akan melarang kepada murid-muridnya meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu . Dan faktanya, semua itu tidak terjadi. Tetapi, justru mereka menerima dan meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu .

PENGAKUAN PARA TABI'IN DAN TABI' TABI'IN
Para tabi’in memberikan tautsiq (rekomendasi, pengakuan) terhadap Abu Hurairah Radhiyallahu anhu baik dengan perkataan maupun perbuatannya.

Sejarah fiqh Islam telah mengenal nama tujuh pakar fiqh Madinah (fuqaha as sab’ah), yang ketenaran mereka telah melampaui ufuk pada masa mereka dan pada generasi setelahnya. Disebabkan mereka dikenal banyak mengumpulkan hadits, kecemerlangan dan kelurusan berfikir, (memiliki) akal yang cerdas dan ketinggian dalam beristimbat (menyimpulkan) hukum dari orang yang semasa dan seusia mereka.

Orang yang meneliti dan memeriksa riwayat-riwayat para pakar fiqih yang tujuh (fuqaha as sab’ah) ini, akan mendapatkan lima dari mereka meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Mereka itu ialah: Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam, Urwah bin Al Zubair, Said bin Al Musayyib, Sulaiman bin Yassaar dan Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud.

Abu Zinad memasukkan empat orang yang menjadi pakar fiqih terbaik Madinah, yaitu: Said bin Al Musayyib, Urwah, Qabishah bin Dzuaib dan Abdul Malik bin Marwan. Dan Qabishah termasuk rawi yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Demikian juga Abdul Malik termasuk rawi yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Dialah yang kemudian menjadi khalifah.

Jika memeriksa dan meneliti daftar rawi yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah z , niscaya kita akan mendapatkan betapa banyak tokoh pakar fiqh selain mereka yang dikenal kelebihan dan kepakarannya oleh orang-orang yang hanya memiliki sedikit telaah kitab-kitab fiqh, hadits dan tafsir. Mereka, ialah: Al Hasan Al Basri, Abu Shalih As Samman, Al Muqbiri, Thawus, Abu Idris Al Khaulani, Amir bin Asy Sya’bi, Muhammad bin Ka’ab Al Quradhi, Muhammad bin Al Munkadir, Abu Aliyah Al Riyahi, Umu Ad Darda’ Ash Shughra (istri Abu Darda’ ra), Amr bin Dinaar, Amr bin Maimun Al Audi, Muhammad bin Ibrahim At Taimi, Abu Al Mutawakkil An Naji dan yang semisal dengan mereka. Riwayat mereka dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ini menunjukkan pengakuan yang sangat jelas bagi seorang yang berlaku adil dan obyektif.

Seperti mereka juga, dalam hal ini ialah anak-anak para sahabat yang telah memadukan keutamaan dan kelebihan nasab serta kedalaman ilmu fiqh, seperti Abu Salamah dan Humaid, keduanya putra Abdurrahman bin Auf; Salim bin Abdullah bin Umar bin Al Khaththab; Sa’id bin Al Musayyib; Ubaidillah bin Abdullah bin Utbab; Isa dan Musa, keduanya putra Thalhah bin Ubaidillah (Thalhah ini adalah salah seorang yang mendapat jaminan surga); Nafi’ bin Jubair bin Muth’im; Abu Burdah bin Abu Musa Al Asy’ari dan Yazid bin Abdullah bin Asy Syukhair Al Amiri, dan lainnya dari anak-anak para sahabat yang orang tuanya kurang terkenal dibanding dengan mereka. Misalnya seperti: Muhammad bin Iyas bin Bukair yang dilahirkan pada masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ayah dan kedua pamannya yang bernama ‘Aqil dan Khalid’ termasuk orang yang ikut serta menyaksikan perang Badar. Khaitsamah bin Abdurrahman bin Abu Sibrah, ayah dan kakeknya termasuk sahabat, dia seorang terpercaya (tsiqat) dan orang shalih dari penduduk Kufah. Abdurrahman bin Udzainah bin Salamah Al Abdi; serta lainnya seperti orang-orang yang menjabat sebagai hakim, atau mereka yang termasuk dalam kelompok yang berperang bersama Ali Radhiyallahu anhu. Mereka semua meriwayatkan hadits-hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.

Dan seperti mereka juga, ialah cucu-cucu para sahabat. Misalnya: Hafsh bin Ubaidillah bin Anas bin Malik, Tamamah bin Abdullah bin Anas, Abu Zur’ah bin Amr bin Jarir bin Abdullah Al Bajalli, Hafsh bin Ashim bin Umar bin Khaththab dan Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah Al Anshari, dan semisal mereka yang kakek-kakeknya kurang dikenal dibandingkan mereka yang tersebut di atas.

Fakta ini menunjukkan, bahwa riwayat para tabi’in dari kalangan anak dan cucu-cucu para sahabat (yang diambil) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu merupakan pengakuan terhadap Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.

Diantara perbuatan yang menunjukkan adanya pengakuan mereka juga -secara implisit- yaitu kepergian mereka meminta fatwa kepada Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, seperti yang dilakukan oleh Abu Katsir Al Yamani, ketika ia berkata: Aku memasuki Madinah dari Yamamah saat banyaknya orang yang berbeda pendapat dalam hal nabidz (anggur yang telah disimpan, hampir menjadi arak). Aku menemui Abu Hurairah Radhiyallahu anhu untuk bertanya kepadanya tentang hal tersebut. Lalu aku berjumpa dengannya, dan akupun bertanya,”Wahai, Abu Hurairah. Sesungguhnya aku datang dari Yamamah untuk bertanya kepadamu tentang nabidz. Maka sampaikanlah kepadaku hadits dari Nabi n , dan jangan engkau sampaikan selainnya.” Diapun menjawab,”Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Khamr itu terbuat dari anggur dan kurma.”

Diantara perbuatan para tabi’in dari Kufah yang menunjukkan pengakuan mereka terhadap Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, yaitu ketika Abu Hurairah Radhiyallahu anhu singgah ke tempat mereka. Lalu mereka meminta agar beliau Radhiyallahu anhu meriwayatkan hadits untuk mereka.

Seorang tabi’in yang terhormat, Qais bin Abu Hazim rahimahullah menyatakan: Abu Hurairah Radhiyallahu anhu singgah di tempat kami di Kufah. Antara Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dengan maula (orang yang membebaskan perbudakan) kami ada hubungan kekerabatan. -Sufyan, yakni Ibnu Uyainah berkata,”Dia adalah maula Al Ahmas.”- Qais berkata,”Maka kami mendatanginya seraya mengucapkan salam kepadanya.” Sufyan berkata lagi,”Maka penduduk tempat tersebut mendatanginya, dan bapakku berkata padanya,’Wahai, Abu Hurairah. Mereka adalah orang-orang yang masih satu nasab denganmu. Mereka mendatangimu untuk mengucapkan salam kepadamu, kemudian ceritakanlah kepada mereka hadits dari Rasulullah n .” Ia berkata,”Selamat datang kuucapkan kepada mereka.”

PENGAKUAN DARI PARA PENGIKUT TABI’IN (TABI’IT TABI’IN) DAN ORANG-ORANG SETELAH MEREKA TERHADAP ABU HURAIRAH RADHIYALLAHU ANHU
Asy Syafi’i rahimahullah menyebutkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dan lainnya “Emas dengan emas (adz dzahab bi adz dzahab)” yang menyelisihi hadits Usamah bin Zaid Radhiyallahu anhu yang berbunyi “Riba itu hanya ada pada riba an nasiah”. Lalu beliau dan yang sependapat dengannya merajihkan (menguatkan) hadits Abu Hurairah ra daripada hadits Usamah Radhiyallahu anhu tersebut, karena banyaknya perawi, yang mereka lebih hafal dan lebih tua dalam usia daripada Usamah. Juga karena Usamah Radhiyallahu anhu bersendirian dalam meriwayatkan hadits, kemudian (Asy Syafi’i) berkata,”Dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu lebih tua dan orang yang paling hafal meriwayatkan hadits pada masanya.”

Ini merupakan pengakuan sangat berharga yang bersumber dari Imam Asy Syafi'i rahimahullah. Imam Syafi’i merupakan seorang tokoh yang terkenal memiliki kekuatan hafalan, fiqh, kejeniusan dan kepakarannya; ditambah (lagi), ia memiliki kezuhudan dan sikap wara’ (bersahaja) yang tinggi.

Al Imam Ath Thahawi rahimahullah -seorang pakar fiqh generasi awal madzhab Hanafi, dan dia ini memiliki riwayat dari guru-guru Imam Bukhari dan Muslim- ia berkata,”Sesungguhnya kita berprasangka baik (memuji) terhadap Abu Hurairah.”

Diantara (pengakuan terhadapnya) juga, yaitu pengkhususan At Tirmidzi rahimahullah (dalam) satu bab tentang manaqib Abu Hurairah Radhiyallahu anhu pada juz 13 dalam kitab Jami’-nya halaman 225 sampai halaman 229. Juga Al Hakim Al Kabir Abu Ahmad, guru Al Hakim Ash Shaghir penulis kitab Al Mustadrak berkata,”Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu adalah seorang yang paling hafal dibandingkan dengan sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (lainnya), dan (dia) seorang yang paling setia bermulazamah terhadap Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam.”

Sedangkan muridnya, yaitu Al Hakim Abu Abdillah, penulis kitab Al Mustadrad berkata,”Sesungguhnya, semua orang yang ingin menghafal hadits dari awal mulanya Islam hingga masa kita sekarang. Maka mereka termasuk pengikut dan penolong setia Rasulullah. Dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu adalah orang yang paling awal dan paling berhak dengan gelaran Al Hifzh.”

Al Hakim t juga berkata di akhir pasal manaqib Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu, yang ia khususkan dalam Al Mustadrak,”Allah yang menjaga kita dari menyelisihi Rasul Rabb semesta alam, sahabat-sahabatnya yang terpilih, para pemuka agama dari kalangan tabi’in, dan orang-orang yang setelah mereka dari kalangan pemimpin kaum muslimin dalam penjagaan syari’at agama kepada kita dengan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.”

Ketahuilah, bahwa Al Hakim rahimahullah yang menyebarkan mutiara ini termasuk yang dikenal dengan tasyayyu’ (pendukung setia Ali Radhiyallahu anhu), namun tasyayyu’ zaman itu tidak seperti sekarang ini. Demikian juga Al Hafizh Abu Nu’aim Al Ashbahani, penulis kitab Hilyatu Al Auliya’ berkata,”Abu Hurairah adalah orang yang paling hafal terhadap hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dari kalangan para sahabat.”

Sedangkan Syamsul A’immah As Sarkhasi Al Hanafi rahimahullah yang wafat tahun 490 H, penulis kitab Al Mabsuth berkata,”Sesungguhnya Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu termasuk seseorang, yang tidak ada seorangpun meragukan ‘adalah (kejujuran, kepercayaan serta ketaqwaannya, Pent.) nya dan persahabatannya yang lama dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Begitu juga kekuatan hafalan dan ketelitiannya. Sungguh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mendo’akan untuknya dengan hal itu (kekuatan hafalan) terhadap apa yang ia riwayatkan,” kemudian ia berkata,”Dia adalah orang yang sudah terkenal keadalahan, kekuatan hafalan dan ketelitiannya.”

Al Imam Adz Dzahabi rahi,ahullah berkata,”Dia seorang hafizh yang faqih, ladangnya ilmu, dan termasuk tokoh senior dalam fatwa (kibaru a’immati ala fatwa), disamping ketinggian ibadah serta tawadhu’nya.” Dia juga memuji Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dengan mensifatinya “Imam bagi para mujtahid, pemimpin para penghafal (hufazh) yang tekun, teliti serta cermat (tsibt), dan ia telah membawa ilmu yang banyak dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, baik dan penuh berkah di dalamnya. Dalam jumlah banyaknya, seorangpun tidak ada yang menyamai dan menyetarainya. Beliau juga, (dia) seorang yang berakhlaq mulia, kuat hafalannya. Kami tidak menemukan kekeliruannya dalam meriwayatkan hadits. Dia juga tokoh rujukan dalam Al Qur ‘an, As Sunnah dan fiqh.”

Sedangkan lbnu Katsir rahimahullah, penulis kitab tafsir dan tarikh berkata, ”Sungguh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu termasuk orang yang memiliki kejujuran, kekuatan hafalan, ketaqwaan, ketaatan beribadah, zuhud, dan beramal shalih dalam tingkat yang cukup besar. Dia juga memiliki keutamaan dan manaqib yang banyak, memiliki tutur kata yang baik dan nasihat yang banyak.”

Begitulah kita melihat, betapa banyak perkataan dan sikap perbuatan yang memberikan tautsiq (pengakuan), baik dari kalangan para sahabat ataupun orang-orang setelah mereka dari abad abad pilihan, hingga abad berikutnya.

Demikianlah sekilas tentang Abu Hurairah Radhiyallahu anhu menurut pandangan Salafush Shalih dari kalangan para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Cukuplah sebagai bekal menjawab syubhat-syubhat yang dilontarkan oleh orang-orang yang tidak senang kepada Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , yang dengan berbagai cara melontarkan opini yang rancu dan dusta atas beliau Radhiyallahu anhu . Hendaklah kita renungkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dari Abu Sa’id Al Khudri.

لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, niscaya kalian tidak bisa mencapai satu mud atau separuh mud derajat mereka. [HR Bukhari].

Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun VIII/1425H/2004. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1].  Diangkat dari kitab Difa’un ‘An Abi Hurairah.

ABU HURAIRAH


Keutamaan Abu Hurairah Menurut Para Ulama Salaf

Keutamaan Abu Hurairah Menurut Para Ulama Salaf .Tentu sebagian besar kaum muslimin telah sering mendengar nama salah seorang shahabat yaitu Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu yang merupakan tokoh masyhur dalam masalah periwayatan hadits. Dia hidup bergaul dengan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam pergaulannya ini, dia memanfaatkan secara penuh untuk menggali dan merekam persoalan-persoalan agama yang disampaikan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dia ikut menghadiri majelis Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, makan dan minum bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, juga ikut berperang bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sehingga Rasulullah pun pernah memberikan kepercayaan kepada Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu untuk menyampaikan perintah Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud rahimahullah dengan sanad yang shahih. Abu Hurairah berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kapadaku, ”Keluarlah! Sampaikan kepada orang-orang di Madinah, bahwasanya tidak shahih shalat, kecuali dengan membaca Al Qur’an, sekalipun hanya membaca Al Fatihah dan beberapa ayat tambahan.”

Rekomendasi dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ini merupakan tautsiq yang sangat berharga, dan kisah-kisahnya banyak tersebar di berbagai kitab. Akan tetapi, para penggugat hadits-hadits Abu Hurairah berpendapat, semuanya berasal dari riwayatnya belaka. Hal ini dijadikan sebagai landasan (untuk menuduh), bahwa hal itu hanya dibuat-buat untuk kepentingan (Abu Hurairah) sendiri dan sanjungan kepadanya. Padahal, tidaklah demikian adanya. Seandainya Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu benar seperti yang mereka tuduhkan, tentu hadits-hadits yang disampakannya akan ditolak oleh para sahabat Radhiyallahu 'anhum, dan mereka pun akan melarang kaum muslimin untuk bergaul dan mendengar ucapannya.

Pengakuan terhadap kejujuran Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu ini, dapat kita perhatikan beberapa sikap para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in atas beliau Radhiyallahu 'anhu yang disampaikan oleh para ulama’. Yang semua itu menunjukkan kemuliaan Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, keandalan dan kuatnya hafalan beliau Radhiyallahu 'anhu.

PENGAKUAN DARI PARA SAHABAT
1. Thalhah bin Ubaidillah Al Quraisy Radhiyallahu 'Anhu
Thalhah bin Ubaidillah adalah salah seorang dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Dia memberikan rekomendasi (tautsiq) kepada Abu Hurairah, sebagaimana diriwayatkan Imam Tirmidzi lewat jalan periwayatan Malik Ibnu Abu Amir rahimahullah, ia berkata : Seseorang datang kepada Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu 'anhu, dan bertanya,”Wahai, Abu Muhammad ! Tahukah engkau dengan seorang Yamani (keturunan Yaman), yakni Abu Hurairah? Benarkah ia seorang yang lebih mengetahui hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam daripada kalian? Kami mendengar darinya hadits yang tidak kami dengar dari kalian, ataukah ia berkata sesuatu atas nama Rasullullah yang tidak Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sabdakan?!” Thalhah Radhiyallahu 'anhu menjawab,”Adapun ia mendengar dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sesuatu yang kami tidak mendengarnya, maka sesungguhnya aku sama sekali tidak meragukannya bila ia telah mendengar dari Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam hadits yang kami tidak mendengarnya. Hal itu disebabkan ia seorang yang miskin, tidak memiliki harta dan menjadi tamu bagi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, selalu hadir bersama Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sedangkan kami memiliki keluarga dan kecukupan, hingga kami mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pada pagi dan sore hari saja. Sekali lagi, kami tidak ragu, bila ia telah mendengar dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hadits yang kami tidak mendengarnya. Dan kami tidak mendapatkan seorangpun yang memiliki kebaikan berkata atas nama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sesuatu yang Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengatakannya.” Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Al Bukhari, Ad Daulabi, Abdullah bin Ahmad bin Hambal dan Al Hakim rahimahullah.

Dalam lafazh yang diriwayatkan Al Baihaqi rahimahullah, terdapat tambahan berharga, dalam Al Madkhal dari jalan periwayatan Asy’ats, dari bekas budak (maula) Thalhah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Abu Hurairah sedang duduk-duduk. Tiba-tiba, seseorang melintas di hadapan Thalhah, seraya berkata kepadanya, ”Abu Hurairah telah memperbanyak hadits.” Thalhah Radhiyallahu 'anhu menjawab, ”Kami telah mendengar sebagaimana yang ia dengar, akan tetapi ia sangat kuat hafalannya dan kami telah lupa.”

Disini kita bisa mengetahui, Thalhah Radhiyallahu 'anhu telah memberikan kesaksian, bahwa Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu termasuk ahlul khair, disamping kesaksiannya bahwa Abu Hurairah telah mendengar dan menghafalnya.

2. Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu Dan Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu 'Anhu.
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu pernah berkumpul dengan Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu dalam satu majelis, lalu berfatwa dengan pendapat yang menyelisihi pendapat Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu. Seandainya Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu tidak ridha kepadanya, sebagaimana yang dilukiskan oleh sebagian orang, tentu Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu akan melarangnya berbicara dan melarang orang menerima pendapatnya. Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu juga pernah meminta fatwa Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu mengenai permasalahan yang berkaitan dengan shalat, lalu ia pun mengikuti fatwa itu.

Dan pengakuan Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu terhadap Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu juga terlihat dengan meriwayatkan hadits darinya. Kita akan mendapatkan banyak contoh riwayat Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu dari Abu Hurairah dalam Shahih Al Bukhari. Pada sebagiannya, Ibnu Abbas secara sangat jelas mengakui hadits yang diriwayatkannya dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Beliau berkata,”Sedikit pun, aku tidak melihat yang lebih benar (mendefinisikan) al lamam (dosa kecil), (kecuali) yang dikatakan Abu Hurairah dari Rasulullah: “Sesungguhnya, Allah telah mencatat atas Ibnu Adam bagiannya dari perbuatan zina yang pasti akan ia lakukan, dan tidak mungkin tidak. Maka, zinanya mata adalah melihat, dan zinanya lisan adalah bertutur kata,” yakni pengertian al limam (dosa kecil), menurut lbnu Abbas Radhiyallahu 'anhu adalah perkara-perkara seperti ini.

Begitu juga kita dapati riwayat-riwayat Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu yang lainnya dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu terdapat dalam Sunan An Nasa’i, Abu Dawud, serta Ibnu Majah.

Disamping meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Ibnu Abbaz Radhiyallahu 'anhu juga memperbolehkan murid-murid dan bekas budaknya meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Kita mendapati banyak para perawi yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu merupakan tokoh besar, murid dan sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu yang terkenal. Mereka adalah para tokoh generasi tabi’in dan orang-orang pilihan. Periwayatan mereka ini merupakan qarinah (indikasi yang jelas), bahkan sebagai bukti sangat valid dan kuat keridhaan Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu terhadap hal itu, dan persetujuan atas sikap dan perbuatan mereka. Jika tidak, niscaya ia akan melarang mereka mengambil riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu . Terlebih lagi, ia masih hidup sepuluh tahun setelah wafatnya Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.

Sebagaimana halnya Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu yang memperbolehkan muridnya meriwayatkan hadits-hadits dari Abu Hurairah, begitu pula halnya dengan sahabat lainnya, yaitu Abu Said Al Khudri. Dia juga menerima hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan meriwayatkannya. Dan ditemukan pula ada beberapa muridnya yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Bahkan Abu Said Radhiyallahu 'anhu bersedia menjadi makmum, shalat di belakang Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Ini termasuk jenis tautsiq (pengakuan) yang sangat jelas, yang dapat ditambahkan untuk menjadi dalil dan bukti.

Beginilah sikap Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu 'anhu, padahal ia merupakan salah seorang dari kelompok kecil para sahabat yang diridhai dan disenangi oleh Syi’ah. Orang Syi’ah menyanjungnya sebagai orang yang istiqamah dan segera (cepat) kembali kepada Ali Radhiyallahu 'anhu, dan termasuk sahabat pilihannya. Bagimana pula dengan Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu ? Mengapa orang yang (katanya) mencintai Ali Radhiyallahu 'anhu tidak mengikuti jejak anak paman (sepupu) Ali Radhiyallahu 'anhu ?

3. Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhu
Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu termasuk kelompok kecil dari kalangan sahabat yang disetujui dan diridhai oleh Syi’ah, serta termasuk orang pilihan Ali Radhiyallahu 'anhu. Ath Thusi memujinya sebagai orang yang memiliki kedudukan agung. Ibnu Dawud rahimahullah mengutip, bahwa Ja’far Ash Shadiq menshifatinya dengan inqitha’ (sangat loyal) kepada mereka. Banyak riwayat dari Ash Shadiq, dari ayahnya Muhammad Al Baqir dari Jabir Radhiyallahu 'anhu dalam kitab Shahih Al Bukhari, Shahih Muslim, dan yang lainnya. Demikian juga riwayat Muhammad bin Amru bin Hasan bin Ali darinya (Muhammad Al Baqir).

Jabir Radhiyallahu 'anhu menyebarkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dan meriwayatkannya langsung darinya. Ini sebagai pemberitahuan terhadap seluruh Syi’ah atas rekomendasinya terhadap Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Sebagaimana Ibnu Abbas Radhiyallahu a'nhu dan Sa’id Al Khudri Radhiyallahu 'anhu, ia juga memperbolehkan murid-muridnya menyebarkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Kita akan menjumpai, Jabir Radhiyallahu 'anhu berbuat demikian juga terhadap murid-muridnya.

Bahkan kita mendapati Abu Az Zubair Al Makki Muhammad bin Muslim bermulazamah (mengikuti terus dalam segala keadaannya) kepada Jabir Radhiyallahu 'anhu, dan meriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu a'nhu satu catatan kumpulan hadits beliau yang cukup terkenal, yang para ahli hadits memasukkannya ke dalam kitab-kitab mereka. Beliau juga mendengarkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu, dan tidak ingin lepas mendapat keutamaan meriwayatkan haditsnya, sehingga ia pun meriwayatkan hadits dari Abu ‘Alqamah Al Misri dari Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu.

Kami hanya mencontohkan Abu Az Zubair karena kemasyhuran persahabatannya dengan Jabir Radhiyallahu a'nhu. Jika tidak, maka kebanyakan para perawi dari murid-murid Jabir Radhiyallahu a'nhu atau Ibnu Abbas Radhiyallahu a'nhu dan Sa’id Al Khudri Radhiyallahu a'nhu telah meriwayatkan dan menyebarkan hadits-hadits Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu. Jika kita ingin berdalil dan berhujjah tentang masalah itu dengan berbagai contoh, niscaya akan sangat panjang pembahasannya.

Apakah anda tidak memperhatikan, wahai orang yang bersikap obyektif dan adil?! Sungguh teramat jauh dan mustahil, bila diantara putra-putra Ali Radhiyallahu a'nhum mengucapkan satu kata ataupun kalimat (dimaksudkan) untuk melemahkan Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu, lantas mereka tidak menyampaikannya kepada Jabir Radhiyallahu a'nhu ?! Ataukah anda tidak melihat dan memperhatikan, bahwa sangat jauh dan mustahil mereka memperdengarkannya kepada Jabir Radhiyallahu a'nhu, kemudian Jabir Radhiyallahu a'nhu tidak menyampaikannya kepada murid-muridnya, atau dia menyelisihi mereka hinggga meriwayatkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu ?!

4. Abu Ayyub Al Anshari Radhiyallahu Anhu
Abu Ayyub Al Anshari Radhiyallahu anhu telah meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Padahal, ia memiliki kedudukan yang sangat mulia di kalangan orang Syi’ah. Bahkan, mereka menggolongkannya sebagai satu dari enam orang yang dianggap tidak murtad dari kalangan sahabat.

Al Hakim meriwayatkan satu kisah dari jalan Abu Asy Sya’tsa’, ia berkata : Aku datang di Madinah. Tiba-tiba Abu Ayyub Radhiyallahu anhu meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu. Akupun bertanya kepadanya, ”Engkau meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, padahal engkau pemilik rumah yang disinggahi Rasulullah Radhiyallahu a'nhu?!” Ia pun menjawab, ”Sungguh, aku meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah itu lebih aku sukai daripada aku meriwayatkan langsung dari Rasulullah Radhiyallahu anhu,” yakni ia memberikan peringatan agar tidak meriwayatkan langsung dari Nabi Radhiyallahu anhu, karena khawatir keliru dan salah.

Semakin tampak jelas dan tegas pengakuan Abu Ayyub Al Anshari Radhiyallahu a'nhu terhadap Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dengan periwayatan oleh murid-muridnya dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu juga. Ini juga menunjukkan, bahwa ia belum dan tidak mendengar sesuatu seperti yang dituduhkan ataupun diduga oleh orang, bila Ali Radhiyallahu anhu berkomentar buruk tentang Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu. Padahal, ia termasuk orang yang senantiasa menemani Ali Radhiyallahu a'nhu hingga wafatnya, dan ikut bersamanya dalam peperangan serta bertindak sebagai menterinya (wazir).

Yang termasuk sahabat-sahabat Abu Ayyub Radhiyallahu a'nhu dan murid-muridnya ialah: ‘Atha’ bin Yazid Al Laitsi, Atha’ bin Yassar, Musa bin Thalhah, Abu Salamah bin Abdul Rahman dan Mu’awiyah bin Qurrah Al Muzani. Mereka, seluruhnya termasuk para perawi yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu .

5. Anas dan Wailah Radhiyallahu 'Anhuma
Diantara sahabat yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu adalah Anas bin Malik Radhiyallahu anhu dan Wailah bin Al Asqa’ Al Laitsi Radhiyallahu anhu. Wailah Radhiyallahu anhu adalah sahabat Rasulullah yang terakhir meninggal di Damasqus. Dia meninggal dua puluh tahun setelah Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Berarti, ia memiliki kesempatan untuk memilah-milah seluruh perbuatan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Namun ia tidak menjumpai sesuatu yang dapat menyebabkannya menghentikan periwayatan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Bahkan, ia justru bersemangat dalam menyebarkan haditsnya.

Demikianlah beberapa sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Sebenarnya masih banyak shahabat yang meriwayatkan hadits-hadits darinya, namun kami hanya menyebutkan sebagian saja sebagai contoh. Sekaligus sebagai bukti kepercayaan mereka kepada Abu Hurairah. Kalau seandainya mereka tidak percaya atau menganggap Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berbohong, tentu mereka tidak akan mau mengambil hadits darinya. Dan tentu akan melarang kepada murid-muridnya meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu . Dan faktanya, semua itu tidak terjadi. Tetapi, justru mereka menerima dan meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu .

PENGAKUAN PARA TABI'IN DAN TABI' TABI'IN
Para tabi’in memberikan tautsiq (rekomendasi, pengakuan) terhadap Abu Hurairah Radhiyallahu anhu baik dengan perkataan maupun perbuatannya.

Sejarah fiqh Islam telah mengenal nama tujuh pakar fiqh Madinah (fuqaha as sab’ah), yang ketenaran mereka telah melampaui ufuk pada masa mereka dan pada generasi setelahnya. Disebabkan mereka dikenal banyak mengumpulkan hadits, kecemerlangan dan kelurusan berfikir, (memiliki) akal yang cerdas dan ketinggian dalam beristimbat (menyimpulkan) hukum dari orang yang semasa dan seusia mereka.

Orang yang meneliti dan memeriksa riwayat-riwayat para pakar fiqih yang tujuh (fuqaha as sab’ah) ini, akan mendapatkan lima dari mereka meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Mereka itu ialah: Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam, Urwah bin Al Zubair, Said bin Al Musayyib, Sulaiman bin Yassaar dan Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud.

Abu Zinad memasukkan empat orang yang menjadi pakar fiqih terbaik Madinah, yaitu: Said bin Al Musayyib, Urwah, Qabishah bin Dzuaib dan Abdul Malik bin Marwan. Dan Qabishah termasuk rawi yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Demikian juga Abdul Malik termasuk rawi yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Dialah yang kemudian menjadi khalifah.

Jika memeriksa dan meneliti daftar rawi yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah z , niscaya kita akan mendapatkan betapa banyak tokoh pakar fiqh selain mereka yang dikenal kelebihan dan kepakarannya oleh orang-orang yang hanya memiliki sedikit telaah kitab-kitab fiqh, hadits dan tafsir. Mereka, ialah: Al Hasan Al Basri, Abu Shalih As Samman, Al Muqbiri, Thawus, Abu Idris Al Khaulani, Amir bin Asy Sya’bi, Muhammad bin Ka’ab Al Quradhi, Muhammad bin Al Munkadir, Abu Aliyah Al Riyahi, Umu Ad Darda’ Ash Shughra (istri Abu Darda’ ra), Amr bin Dinaar, Amr bin Maimun Al Audi, Muhammad bin Ibrahim At Taimi, Abu Al Mutawakkil An Naji dan yang semisal dengan mereka. Riwayat mereka dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ini menunjukkan pengakuan yang sangat jelas bagi seorang yang berlaku adil dan obyektif.

Seperti mereka juga, dalam hal ini ialah anak-anak para sahabat yang telah memadukan keutamaan dan kelebihan nasab serta kedalaman ilmu fiqh, seperti Abu Salamah dan Humaid, keduanya putra Abdurrahman bin Auf; Salim bin Abdullah bin Umar bin Al Khaththab; Sa’id bin Al Musayyib; Ubaidillah bin Abdullah bin Utbab; Isa dan Musa, keduanya putra Thalhah bin Ubaidillah (Thalhah ini adalah salah seorang yang mendapat jaminan surga); Nafi’ bin Jubair bin Muth’im; Abu Burdah bin Abu Musa Al Asy’ari dan Yazid bin Abdullah bin Asy Syukhair Al Amiri, dan lainnya dari anak-anak para sahabat yang orang tuanya kurang terkenal dibanding dengan mereka. Misalnya seperti: Muhammad bin Iyas bin Bukair yang dilahirkan pada masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ayah dan kedua pamannya yang bernama ‘Aqil dan Khalid’ termasuk orang yang ikut serta menyaksikan perang Badar. Khaitsamah bin Abdurrahman bin Abu Sibrah, ayah dan kakeknya termasuk sahabat, dia seorang terpercaya (tsiqat) dan orang shalih dari penduduk Kufah. Abdurrahman bin Udzainah bin Salamah Al Abdi; serta lainnya seperti orang-orang yang menjabat sebagai hakim, atau mereka yang termasuk dalam kelompok yang berperang bersama Ali Radhiyallahu anhu. Mereka semua meriwayatkan hadits-hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.

Dan seperti mereka juga, ialah cucu-cucu para sahabat. Misalnya: Hafsh bin Ubaidillah bin Anas bin Malik, Tamamah bin Abdullah bin Anas, Abu Zur’ah bin Amr bin Jarir bin Abdullah Al Bajalli, Hafsh bin Ashim bin Umar bin Khaththab dan Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah Al Anshari, dan semisal mereka yang kakek-kakeknya kurang dikenal dibandingkan mereka yang tersebut di atas.

Fakta ini menunjukkan, bahwa riwayat para tabi’in dari kalangan anak dan cucu-cucu para sahabat (yang diambil) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu merupakan pengakuan terhadap Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.

Diantara perbuatan yang menunjukkan adanya pengakuan mereka juga -secara implisit- yaitu kepergian mereka meminta fatwa kepada Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, seperti yang dilakukan oleh Abu Katsir Al Yamani, ketika ia berkata: Aku memasuki Madinah dari Yamamah saat banyaknya orang yang berbeda pendapat dalam hal nabidz (anggur yang telah disimpan, hampir menjadi arak). Aku menemui Abu Hurairah Radhiyallahu anhu untuk bertanya kepadanya tentang hal tersebut. Lalu aku berjumpa dengannya, dan akupun bertanya,”Wahai, Abu Hurairah. Sesungguhnya aku datang dari Yamamah untuk bertanya kepadamu tentang nabidz. Maka sampaikanlah kepadaku hadits dari Nabi n , dan jangan engkau sampaikan selainnya.” Diapun menjawab,”Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Khamr itu terbuat dari anggur dan kurma.”

Diantara perbuatan para tabi’in dari Kufah yang menunjukkan pengakuan mereka terhadap Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, yaitu ketika Abu Hurairah Radhiyallahu anhu singgah ke tempat mereka. Lalu mereka meminta agar beliau Radhiyallahu anhu meriwayatkan hadits untuk mereka.

Seorang tabi’in yang terhormat, Qais bin Abu Hazim rahimahullah menyatakan: Abu Hurairah Radhiyallahu anhu singgah di tempat kami di Kufah. Antara Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dengan maula (orang yang membebaskan perbudakan) kami ada hubungan kekerabatan. -Sufyan, yakni Ibnu Uyainah berkata,”Dia adalah maula Al Ahmas.”- Qais berkata,”Maka kami mendatanginya seraya mengucapkan salam kepadanya.” Sufyan berkata lagi,”Maka penduduk tempat tersebut mendatanginya, dan bapakku berkata padanya,’Wahai, Abu Hurairah. Mereka adalah orang-orang yang masih satu nasab denganmu. Mereka mendatangimu untuk mengucapkan salam kepadamu, kemudian ceritakanlah kepada mereka hadits dari Rasulullah n .” Ia berkata,”Selamat datang kuucapkan kepada mereka.”

PENGAKUAN DARI PARA PENGIKUT TABI’IN (TABI’IT TABI’IN) DAN ORANG-ORANG SETELAH MEREKA TERHADAP ABU HURAIRAH RADHIYALLAHU ANHU
Asy Syafi’i rahimahullah menyebutkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dan lainnya “Emas dengan emas (adz dzahab bi adz dzahab)” yang menyelisihi hadits Usamah bin Zaid Radhiyallahu anhu yang berbunyi “Riba itu hanya ada pada riba an nasiah”. Lalu beliau dan yang sependapat dengannya merajihkan (menguatkan) hadits Abu Hurairah ra daripada hadits Usamah Radhiyallahu anhu tersebut, karena banyaknya perawi, yang mereka lebih hafal dan lebih tua dalam usia daripada Usamah. Juga karena Usamah Radhiyallahu anhu bersendirian dalam meriwayatkan hadits, kemudian (Asy Syafi’i) berkata,”Dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu lebih tua dan orang yang paling hafal meriwayatkan hadits pada masanya.”

Ini merupakan pengakuan sangat berharga yang bersumber dari Imam Asy Syafi'i rahimahullah. Imam Syafi’i merupakan seorang tokoh yang terkenal memiliki kekuatan hafalan, fiqh, kejeniusan dan kepakarannya; ditambah (lagi), ia memiliki kezuhudan dan sikap wara’ (bersahaja) yang tinggi.

Al Imam Ath Thahawi rahimahullah -seorang pakar fiqh generasi awal madzhab Hanafi, dan dia ini memiliki riwayat dari guru-guru Imam Bukhari dan Muslim- ia berkata,”Sesungguhnya kita berprasangka baik (memuji) terhadap Abu Hurairah.”

Diantara (pengakuan terhadapnya) juga, yaitu pengkhususan At Tirmidzi rahimahullah (dalam) satu bab tentang manaqib Abu Hurairah Radhiyallahu anhu pada juz 13 dalam kitab Jami’-nya halaman 225 sampai halaman 229. Juga Al Hakim Al Kabir Abu Ahmad, guru Al Hakim Ash Shaghir penulis kitab Al Mustadrak berkata,”Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu adalah seorang yang paling hafal dibandingkan dengan sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (lainnya), dan (dia) seorang yang paling setia bermulazamah terhadap Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam.”

Sedangkan muridnya, yaitu Al Hakim Abu Abdillah, penulis kitab Al Mustadrad berkata,”Sesungguhnya, semua orang yang ingin menghafal hadits dari awal mulanya Islam hingga masa kita sekarang. Maka mereka termasuk pengikut dan penolong setia Rasulullah. Dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu adalah orang yang paling awal dan paling berhak dengan gelaran Al Hifzh.”

Al Hakim t juga berkata di akhir pasal manaqib Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu, yang ia khususkan dalam Al Mustadrak,”Allah yang menjaga kita dari menyelisihi Rasul Rabb semesta alam, sahabat-sahabatnya yang terpilih, para pemuka agama dari kalangan tabi’in, dan orang-orang yang setelah mereka dari kalangan pemimpin kaum muslimin dalam penjagaan syari’at agama kepada kita dengan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.”

Ketahuilah, bahwa Al Hakim rahimahullah yang menyebarkan mutiara ini termasuk yang dikenal dengan tasyayyu’ (pendukung setia Ali Radhiyallahu anhu), namun tasyayyu’ zaman itu tidak seperti sekarang ini. Demikian juga Al Hafizh Abu Nu’aim Al Ashbahani, penulis kitab Hilyatu Al Auliya’ berkata,”Abu Hurairah adalah orang yang paling hafal terhadap hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dari kalangan para sahabat.”

Sedangkan Syamsul A’immah As Sarkhasi Al Hanafi rahimahullah yang wafat tahun 490 H, penulis kitab Al Mabsuth berkata,”Sesungguhnya Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu termasuk seseorang, yang tidak ada seorangpun meragukan ‘adalah (kejujuran, kepercayaan serta ketaqwaannya, Pent.) nya dan persahabatannya yang lama dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Begitu juga kekuatan hafalan dan ketelitiannya. Sungguh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mendo’akan untuknya dengan hal itu (kekuatan hafalan) terhadap apa yang ia riwayatkan,” kemudian ia berkata,”Dia adalah orang yang sudah terkenal keadalahan, kekuatan hafalan dan ketelitiannya.”

Al Imam Adz Dzahabi rahi,ahullah berkata,”Dia seorang hafizh yang faqih, ladangnya ilmu, dan termasuk tokoh senior dalam fatwa (kibaru a’immati ala fatwa), disamping ketinggian ibadah serta tawadhu’nya.” Dia juga memuji Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dengan mensifatinya “Imam bagi para mujtahid, pemimpin para penghafal (hufazh) yang tekun, teliti serta cermat (tsibt), dan ia telah membawa ilmu yang banyak dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, baik dan penuh berkah di dalamnya. Dalam jumlah banyaknya, seorangpun tidak ada yang menyamai dan menyetarainya. Beliau juga, (dia) seorang yang berakhlaq mulia, kuat hafalannya. Kami tidak menemukan kekeliruannya dalam meriwayatkan hadits. Dia juga tokoh rujukan dalam Al Qur ‘an, As Sunnah dan fiqh.”

Sedangkan lbnu Katsir rahimahullah, penulis kitab tafsir dan tarikh berkata, ”Sungguh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu termasuk orang yang memiliki kejujuran, kekuatan hafalan, ketaqwaan, ketaatan beribadah, zuhud, dan beramal shalih dalam tingkat yang cukup besar. Dia juga memiliki keutamaan dan manaqib yang banyak, memiliki tutur kata yang baik dan nasihat yang banyak.”

Begitulah kita melihat, betapa banyak perkataan dan sikap perbuatan yang memberikan tautsiq (pengakuan), baik dari kalangan para sahabat ataupun orang-orang setelah mereka dari abad abad pilihan, hingga abad berikutnya.

Demikianlah sekilas tentang Abu Hurairah Radhiyallahu anhu menurut pandangan Salafush Shalih dari kalangan para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Cukuplah sebagai bekal menjawab syubhat-syubhat yang dilontarkan oleh orang-orang yang tidak senang kepada Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , yang dengan berbagai cara melontarkan opini yang rancu dan dusta atas beliau Radhiyallahu anhu . Hendaklah kita renungkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dari Abu Sa’id Al Khudri.

لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, niscaya kalian tidak bisa mencapai satu mud atau separuh mud derajat mereka. [HR Bukhari].

Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun VIII/1425H/2004. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1].  Diangkat dari kitab Difa’un ‘An Abi Hurairah.

UTSMAN BIN AFFAN


Nasab & Keturunan Beliau

Utsman bin Affan bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwa’i bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan.1
Abu Amr, Abu Abdullah2 al-Quraisy, al-Umawi Amirul mukminin Dzun Nurain yang telah berhijrah dua kali dan suami dari dua orang putri Rasulullah ??? ???? ???? ???? . Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Hubaib bin Abdusy Syams dan neneknya bernama Ummu Hakim Bidha’ binti Abdul Muththalib paman Rasulullah ??? ???? ???? ????.
Beliau salah seorang dari sepuluh sahabat yang diberitakan masuk surga dan salah seorang anggota dari enam orang anggota Syura serta salah seorang dari tiga orang kandidat khalifah dan akhirnya terpilih menjadi khalifah sesuai dengan kesepakatan kaum Muhajirin dan Anshar ??? ???? ???? juga merupakan khulafaur Rasyidin yang ketiga, imam mahdiyinyang diperintahkan untuk mengikuti jejak mereka.
Ciri-Ciri & Akhlak Beliau
Beliau ??? ???? ??? adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai jenggot yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendian yang besar, berbahu bidang, berambut lebat, bentuk mulut bagus yang berwarna sawo matang. Dikatakan pada wajah beliau ??? ???? ??? terdapat bekas cacar.3
Dari az-Zuhry berkata, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi lebar dan mempunyai kedua telapak kaki lebar.4
Beliau ??? ???? ??? memiliki akhlak yang mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat, mendahulukan kebutuhan keluarga dan familinya dengan mem-berikan perhiasan dunia yang fana. Mungkin beliau bermaksud untuk men-dorong mereka agar lebih mendahulukan sesuatu yang kekal daripada sesuatu yang fana. Sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah ??? ???? ???? ???? terkadang beliau memberikan harta kepada suatu kaum dan tidak member kaum yang lain karena khawatir mereka akan dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka. Sebagian kaum memprotes beliau karena perlakuan tersebut sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Khawarij terhadap Rasulullah ??? ???? ???? ???? atas pembagian harta rampasan perang Hunain.
Imam Ahmad berkata, “Telah mengatakan kepada kami Isma’il bin Ibrahim ia berkata, telah mengatakan kepada kami Yunus yakni Ibnu ‘Ubaid ia berkata, telah mengatakan kepadaku ‘Atha’ bin Farrarakh Maula Qurasyiyin bahwa Utsman bin Affan menjual sebidang tanah kepada seseorang hanya saja orang itu terlambat menerimanya, ketika beliau bertemu dengannya beliau menanyakan sebabnya, ‘Apa yang menyebabkan kamu terlambat menerima hartamu?’ Ia menjawab, ‘Engkau telah menipuku! Setiap aku bertemu dengan seseorang ia menyesalkan pembelian tanah tersebut.’ Beliau berkata, ‘Apa hanya itu yang membuatmu terlambat?’ Jawabnya, ‘Benar.’ Beliau berkata, ‘Kamu boleh pilih apakah kamu mau meminta uang itu kembali atau mengambil tanah.’
Kemudian ‘Atha’ bin Farrarakh Maula Qurasyiyin berkata, ‘Rasulullah ??? ???? ???? ???? bersabda:
“Allah memasukkan ke dalam surga seorang mempermudah jual beli, menghukum dan terhukum.”5
Diriwayatkan dari Ibnu Jarir bahwa Thalhah ??? ???? ??? datang menemui Utsman bin Affan ??? ???? ??? di luar masjid dan berkata kepada beliau, “Uang lima puluh ribu yang dulu aku pinjam sekarang sudah ada, kirimlah utusanmu untuk datang mengambilnya!” Beliau menjawab, “Uang tersebut sudah kami hibahkan untukmu karena kepahlawananmu.”
Ash-Sham’i berkata, “Ibnu ‘Amir mengangkat Quthn bin ‘Auf al-Hilaly sebagai gubernur di daerah Karman. Maka datanglah pasukan kaum muslimin yang berkekuatan empat ribu personil. Ketika itu ada sebuah lembah sedang dialiri air yang menghalangi perjalanan tentara tersebut. Karena khawatir mereka terlambat maka ia berkata, “Barangsiapa yang berhasil melintas sampai ke seberang maka ia akan mendapat hadiah sebanyak seribu dirham.” Mereka harus melewati tantangan yang besar ini. Setiap kali orang berhasil melintasinya Quthn berkata, “Berikan hadiahnya!” Hingga semua pasukan berhasil melintasi aliran air tersebut, Jumlahnya sebanyak empat juta dirham, namun lbnu ‘Amir enggan untuk memberikannya, lantas ia mengirim surat kepada Utsman bin Affan, beliau menjawab, “Berikanlah uangnya karena ia telah membantu kaum muslimin yang sedang berada di jalan Allah” Mulai hari itu dinamakanlah hadiah itu dengan nama hadiah penyeberangan lembah.6
Islam & Jihad Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu
Utsman bin Affan masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ash-Shiddiq. Beliau adalah orang pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama istrinya Ruqayah binti Rasulullah ??? ???? ???? ????, kemudian kembali ke Makkah dan hijrah ke Madinah. Beliau tidak dapat ikut serta pada perang Badar karena sibuk mengurusi putri Rasulullah ??? ???? ???? ???? (istri beliau) yang sedang sakit, jadi beliau hanya tinggal di Madinah. Rasulullah ??? ???? ???? ???? Memberikan bagian dari harta rampasan dan pahala perang tersebut kepada beliau dan beliau dianggap ikut serta dalam peperangan. Ketika istri beliau meninggal, Rasulullah ??? ???? ???? ???? menikahkannya dengan adik istrinya yang bernama Ummu Kaltsum yang pada akhirnya juga meninggal ketika masih menjadi istri beliau. Beliau ikut serta dalam peperangan Uhud, Khandaq, Perjanjian Hudaibiyah yang pada waktu itu Rasulullah ??? ???? ???? ???? membai’atkan untuk Utsman dengan tangan beliau sendiri. Utsman bin Affan juga ikut serta dalam peperangan Khaibar, Tabuk, dan beliau juga pernah memberikan untuk pasukan ‘Usrah sebanyak tiga ratus ekor unta dengan segala perlengkapannya.
Dari  Abdurrahman bin Samurah bahwa pada suatu hari Utsman bin Affan datang membawa seribu dinar dan meletakkannya di kamar Rasulullah ??? ???? ???? ???? Rasulullah ??? ???? ???? ????  bersabda, ”Tidak ada dosa bagi Utsman setelah ia melakukan ini (diucapkan dua kali).”7
Rasulullah ??? ???? ???? ???? pergi menunaikan haji Wada’ bersama beliau. Rasulullah ??? ???? ???? ???? wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan. Kemudian beliau menemani Abu Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan. Beliau menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam orang anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling istimewa di antara anggota lainnya.
Utsman bin Affan menjadi khalifah setelah Umar ??? ???? ???. banyak menaklukkan berbagai negara melalui tangan beliau. Semakin lebarlah wilayah negara Islam dan bertambah luaslah negara Muhammadiyah ini serta sampailah misi Rasulullah ??? ???? ???? ???? ke sebelah timur dan barat bumi ini. Nampaklah kebenaran Firman Allah ?????? ? ?????,
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik.” (An-Nur: 55).
Firman Allah ?????? ? ????? ,
“Dia-lah yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.“ (Ash-Shaf: 9).
Rasulullah ??? ???? ???? ????  bersabda:
“jika Kaisar mati maka tida lagi kaisar setelahnya dan jika Kisra meninggal maka tiada lagi Kisra setelahnya, demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya harta-harta karun mereka akan di gunakan untuk perang di jalan Allah.”8
Semua ini terjadi dan terbukti pada zaman Utsman bin Affan ??? ???? ???
Bersambung…
Foot Note:
1 Lihat: Ibnu Sa’adalah, ath-Thabaqatul Kubra, 3/53, Ibnu Jarir, Tarikh ar-Rusul wal Muluk, 4/420.
2 Beliau mempunyai beberapa kuniyah dan al-Bukhari menyebutkan dalam Shahlhnya, 7/52-al-Fath hanya dengan kuniyah Abu Amr. Al-Hafizh dalam al-Fath berkata, “Dan kuniyah ini yang sudah menjadi ketetapan.” Beliau berkata lagi, “Sebagian yang meremehkan beliau memberi kuniyah dengan Abu Laila mengisyaratkan kepada kelembutan beliau. Gelar beliau yang termasyhur adalah Dzun Nurain.”
3 Ibnu Sa’ad ath-Thabaqatul Kubra, 3/58, Ibnu Jarir, Tarikh ar-Rusul wal Muluk, 4/419.
4 Ibnu Jarir, Tarikh ar-Rusul wal Muluk, 4/419.
5 Al-Musnad, 1/57, dishahihkan oleh Ahmad Syakir, 410. Dikeluarkan oleh an-Nasa’i dalam al-MuJtaba dari Sunannya, 2/318, Kitab Buyu’, bab Bermu’amalah dengan baik dan bersikap lembut dalam meminta atau tidak bersikap kasar. Ibnu Majah dalam Kitab Perdagangan pada Bab bertoleransi dalam berdagang, 2/742
6 Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asyakir pada Tarikh Kota Damaskus, 11/265.
7 Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad, 5/63. At-Tirmidzi dalam Sunannya dalam Kitab al-Manaqib pada Bab Manaqib Utsman bin Affan ??? ???? ???  dan berkata, “Hadits tersebut Hasan Gharib dari sisi yang ini,” 5/626, halaman 3701.
8 Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya dalam Kitab Fitnah dan Tanda-tanda Hari Kiamat, 4/2237 halaman 2918-2919 dari hadits Abu Hurairah dan jabir ??? ???? ?????. Kisra terakhir Yazdigrid terbunuh di daerah Muru pada tahun ke tiga puluh satu Hijriah ketika Utsman bin Affan masih berjabat sebagaimana Khalifah ??? ???? ??? -akan datang keterangannya.
===============================

Keistimewaan Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu
Imam al-Bukhari berkata dalam Shahihnya, “Bab Manaqib Utsman bin Affan Abi Amr al-Quraisy.”
*Berita Gembira Bahwa Beliau  adalah Penduduk Surga
1. Rasulullah ??? ???? ???? ???? bersabda:
“Siapa saja yang menggali Sumur Rumata maka untuknya surga.” Maka sumur tersebut digali oleh Utsman.
2. Beliau bersabda lagi:
“Barangsiapa yang mendanai pasukan ‘Usrah maka untuknya surga.” Maka Utsman bin Affan  mendanai pasukan tersebut.
3. Dari Abu Musa al-Asy’ary ??? ???? ??? bahwa Rasulullah ??? ???? ???? ???? masuk ke dalam sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang seorang lelaki meminta izin untuk masuk, beliau bersabda:
“Izinkan ia masuk kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata’ lelaki tersebut adalah Abu Bakar. Lantas datang lelaki lain meminta izin agar diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan ia masuk kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata lelaki tersebut adalah Umar bin Khaththab. Kemudian datang seorang lelaki meminta izin untuk masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia masuk kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin Affan.
Hammad berkata, “Telah mengatakan kepada kami ‘Ashim al-Ahwal dan Ali bin al-Hakam, mereka berdua telah mendengar bahwa Abu Utsman al-Hindy menceritakan dari Abu Musa seperti hadits tersebut dan Ashim manambahkan bahwa Nabi ??? ???? ???? ???? sedang duduk di suatu tempat yang disana terdapat air sambil menyingkapkan kedua betis beliau -atau lututnya- di saat Utsman bin Affan ra. masuk beliau menutup lututnya.
*Utsman Adalah Salah Seorang yang Memenuhi Panggilan Allah dan RasulNya dan Berhijrah Dua Kali.
4. Dari Ibnu Syihab ia berkata,’”Urwah telah mengabarkan kepadaku bahwa Ubaidillah bin ‘Ady bin al-Khiyar telah mengabarkan kepadaku bahwa Miswar bin Makhramah dan Abdur Rahman bin al-Aswad bin Abdul Yaghuts telah berkata, ‘Apa yang menghalangimu untuk berbicara kepada Utsman tentang saudaranya al-Walid, karena orang-orang sedang sibuk membicarakan tentang permasalahan tersebut. Aku berniat menemui Utsman hingga ia keluar untuk mengerjakan shalat. Kukatakan kepadanya, ‘Ada yang perlu aku bicarakan denganmu yang isinya merupakan nasihat untukmu. Beliau berkata, ‘Hai lelaki menjauhlah!’ -Ma’mar berkata, ‘Aku mengira beliau berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah dari kejahatanmu.’- Kemudian aku pun kembali menemui keduanya. Kemudian datanglah utusan dari Utsman dan aku mendekatinya. Ia berkata, ‘Apa isi nasihatmu?’ Aku katakan, ‘Se-sungguhnya Allah ?????? ? ?????  telah mengurus Muhammad ??? ???? ???? ???? dengan membawa kebenaran serta menurunkan kitab kepada beliau sedang kamu adalah salah seorang yang memenuhi panggilan Allah dan RasulNya ??? ???? ???? ????, engkau juga telah melakukan hijrah dua kali, telah menemani Rasulullah ??? ???? ???? ????  dan telah melihat langsung sunnah beliau. Lihatlah masyarakat sedang sibuk membicarakan tentang kasus Al-Walid.’ Ia bertanya, ‘Apakah engkau sempat menemui Rasulullah ??? ???? ???? ?????’ Aku jawab, Tidak, tetapi ilmu beliau yang murni telah sampai kepadaku sebagaimana sucinya seorang perawan dibalik hijabnya.’
Ia berkata, ‘Amma Ba’du, Sesungguhnya Allah ?????? ? ?????  telah mengutus Muhammad ??? ???? ???? ???? dengan membawa kebenaran dan aku termasuk salah seorang yang memenuhi panggilan Allah dan RasulNya, aku beriman dan apa yang dibawa beliau, aku juga melakukan hijrah dua kali -sebagaimana yang telah engkau katakan- dan aku juga telah menemani dan membai’at Rasulullah ??? ???? ???? ???? . Demi Allah aku tidak pernah mendurhakai dan mengkhianati beliau hingga Allah mewafatkan beliau, demikian juga Abu Bakar dan Umar, kemudian aku diangkat menjadi khalifah, bukankah aku memiliki haq seperti haq mereka?’ Aku jawab, ‘Benar.’ Ia berkata lagi, ‘Ada apa dengan berita-berita yang sampai kepadaku? Adapun tentang permasalahan al-Walid akan kita selesaikan dengan benar insya Allah.’ Kemudian beliau memanggil Ali bin Abi Thalib ??? ???? ??? dan memerintahkannya agar mendera al-Walid sebanyak delapan puluh kali”
*Kabar Gembira Bahwa Beliau Mati Syahid
5. Diriwayatkan dari Qatadah bahwa Anas bin Malik  ??? ???? ??? berkata, “Rasulullah ??? ???? ???? ???? memanjat gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman lantas gunung tersebut bergetar. Beliau bersabda:
“Tenanglah wahai Uhud! -aku perkirakan beliau menghentakkan kakinya- tidak ada siapa-siapa di atasmu melainkan hanya seorang Nabi, Ash-Shiddiq dan dua orang syahid.“
* Tingkat Keistimewaan Beliau
6. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ??? ???? ????? berkata, “Pada zaman Rasulullah ??? ???? ???? ???? kami tidak menyamakan Abu Bakar dengan sahabat yang lain kemudian Umar dan kemudian Utsman. Setelah itu kami tidak mengistimewakan antara satu sahabat dengan sahabat yang lain.”
* Persaksian Ibnu Umar tentang Keistimewaan Utsman dan Pembelaannya Terhadap Beliau
7. Diriwayatkan dari Utsman bin Mauhab ia berkata, “Seorang lelaki datang dari Mesir untuk melaksanakan haji, lantas ia melihat suatu kaum sedang duduk-duduk, ia bertanya, ‘Siapa mereka?’ Mereka mengatakan, ‘Mereka adalah kaum Quraisy.’ Ia bertanya lagi, ‘Siapa yang paling alim di antara mereka?’ Mereka jawab, ‘Abdullah bin Umar’ Kemudian ia berkata kepadanya, ‘Wahai Ibnu Umar, aku ingin bertanya sesuatu kepada anda maka tolong dijawab! Apakah anda tahu bahwa Utsman lari meninggalkan pasukan pada perang Uhud?’ Ibnu Umar menjawab, ‘Benar.’ Ia kembali bertanya, ‘Apakah anda tahu bahwa ia tidak ikut dalam perang Badar?’ Ibnu Umar menjawab, ‘Benar.’ Ia kembali bertanya, ‘Apakah anda tahu bahwa ia tidak ikut pada Bai’at Ridhwan?’ Ibnu Umar menjawab, ‘Benar.’ Lelaki itu berkata, ‘Allahu Akbar.’ Ibnu Umar berkata, ‘Kemarilah aku akan jelaskan kepadamu tentang permasalahan tersebut. Adapun mengenai larinya beliau dari perang Uhud sesungguhnya ia telah mendapat ampunan dari Allah, ia tidak dapat ikut serta dalam perang Badar karena ia sedang disibukkan mengurus istri beliau yakni putri Rasulullah ??? ???? ???? ???? yang sedang sakit dan Rasulullah ??? ???? ???? ???? bersabda kepadanya,
“Sesungguhnya engkau mendapatkan pahala seorang yang ikut serta dalam perang Badar dan engkau juga mendapatkan bagian pada harta rampasannya.‘
Adapun ketidak ikutsertaan beliau pada Bai’at Ridhwan, kalaulah sekiranya ada seorang yang lebih terhormat di Kota Makkah selain Utsman tentunya Rasulullah ??? ???? ???? ???? akan menggantikan Utsman dengan orang tersebut. Namun Rasulullah ??? ???? ???? ???? tetap mengirimkan Utsman ke Makkah dan Bai’at Ridhwan terjadi setelah kepergian Utsman ke Makkah, Rasulullah mengisyaratkan dengan tangan kanannya seraya bersabda, ‘Ini adalah tangan Utsman.’ Lantas menepukkannya dengan tangan beliau dan bersabda, ‘Ini adalah bai’at Utsman.’ Ibnu Umar berkata kepada lelaki itu, ‘Nah bawalah berita ini karena sekarang engkau sudah tahu’.”
* Rasa Malu yang Dimiliki Utsman bin Affan
8. Imam Ahmad berkata, “Hajjaj telah mengatakan kepada kami dan berkata, Laits telah mengatakan kepada kami dan berkata, Uqail telah mangabarkan kepadaku dari Ibnu Syihab dari Yahya bin Sa’id bin al-’Ash bahwa Sa’id bin al-’Ash telah menceritakan kepadaku bahwa ‘Aisyah Istri Nabi ??? ???? ???? ???? dan Utsman telah menceritakan kepadanya bahwa Abu Bakar me minta izin kepada Rasulullah ??? ???? ???? ???? dan beliau sedang berbaring di tempat tidurnya sambil berselimut dengan selimut ‘Aisyah ??? ???? ???? Rasulullah memberinya izin dan beliau masih dalam posisi semula. Setelah Abu Bakar menyelesaikan hajatnya, ia pun pergi. Kemudian Umar datang meminta izin kepada Rasulullah. Rasulullah ??? ???? ???? ???? memberinya izin dan beliau masih dalam posisi semula. Setelah Umar menyelesaikan hajatnya, ia pun pergi. Lalu Utsman berkata, ‘Lantas aku pun minta izin lalu Rasulullah duduk dan bersabda kepada ‘Aisyah, ‘Ambillah selimutmu!’ Setelah aku menyelesaikan hajatku, akupun pergi. ‘Aisyah berkata, ‘Ya Rasulullah! Aku melihat engkau menyambut Abu Bakar dan Umar tidak seperti sambutanmu terhadap Utsman?’ Rasulullah bersabda,‘Sesungguhnya Utsman adalah seorang pemalu, aku khawatir jika aku menyambutnya dalam posisi seperti itu, ia tidak jadi mengungkapkan keperluannya.’
Laits berkata, ‘Sekelompok orang berkata, ‘Sesungguhnya Rasulullah ??? ???? ???? ???? bersabda kepada ‘Aisyah,“Tidakkah aku merasa malu sebagaimana malunya malaikat terhadap dirinya?”.9
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits Muhammad bin Abi Har-malah dari ‘Atha’ dan Sulaiman (keduanya adalah anak Yasar) dan Abi Salamah bin Abdur Rahman dari ‘Aisyah ra.. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la al-Mushily dari Suhail dan Ayahnya dari ‘Aisyah ??? ???? ???? . Dan diriwayatkan Jubair bin Nufair dan ‘Aisyah binti Thalhah dari ‘Aisyah ??? ???? ????”
9. Imam Ahmad berkata, “Waqi’ telah mengatakan kepada kami dari Sufyan dari Khalid al-Hadzdza’ dari Abi Qilabah dari Anas, ia berkata bahwa Rasulullah ??? ???? ???? ???? bersabda,
”Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas terhadap agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal, yang paling hafal tentang al-Qur’an adalah Ubay dan yang paling mengetahui tantang ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mem-punyai seorang yang terpercaya dan orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah. “10
Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dari hadits Khalid al- Hadzdza’. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.”11
* Kedudukan Utsman bin Affan di Tengah Umat
10. Imam Ahmad berkata, “Abu Dawud -Umar bin Sa’ad- telah mengatakan kepada kami, ‘Badar bin Utsman telah mengatakan kepada kami dari Ubaidah bin Marwan dari Abi ‘Aisyah dari Umar ia berkata, ‘Rasulullah ??? ???? ???? ???? keluar mendatangi kami setelah terbit matahari dan bersabda,
“Aku melihat sebelum fajar seakan-akan aku diberi al-maqalid dan timbangan. Adapun almaqalid adalah kunci-kunci dan timbangan adalah alat yang biasa kalian pakai untuk menimbang. Kemudian aku diletakkan pada daun timbangan yang satu dan umatku diletakkan – pada daun timbangan yang lain dan ternyata aku lebih berat. Kemudian didatangkan Abu Bakar dan ditimbang dengan mereka, ternyata Abu Bakar lebih berat dari mereka. Lantas didatangkan Umar dan ditimbang dengan mereka, ternyata Umar lebih berat dari mereka. Lalu didatangkan Utsman dan ditimbang dengan mereka, ternyata Utsman lebih berat dari mereka. Kemudian mimpi tersebut terputus.’
Hadits hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad’.”12
11. Sufyan bin Ya’qub berkata, “Hisyam bin ‘Ammar telah mengatakan kepada kami dan berkata,’ Amr bin Waqqid telah mengatakan kepada kami dan berkata, ‘Yunus bin Maisarah telah mengatakan kepada kami dari Abi Idris dari Mu’adz bin Jabal berkata, ‘Rasulullah ??? ???? ???? ???? bersabda,
” Sesungguhnya aku melihat bahwa aku diletakkan di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata aku lebih berat dari mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata dia lebih berat dari mereka. Lantas diletakkan Umar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata dia lebih berat dari mereka. “13
* Wasiat Nabi Kepada Utsman bin Affan Agar Tetap Sabar dan Tidak Memenuhi Tuntutan Agar la Turun dari Jabatan
12. Imam Ahmad berkata, “Abul Mughirah telah mengatakan kepada kami dan berkata, al-Walid bin Sulaiman14 telah mengatakan kepada kami dan berkata, Rabi’ah bin Yazid telah mengatakan kepadaku dari Abdullah bin ‘Amir dari an-Nu’man bin Basyir dari Aisyah ia berkata, ‘Rasulullah ??? ???? ???? ???? mengutus kepada Utsman bin Affan agar ia datang menghadap. Ketika ia datang Rasulullah ??? ???? ???? ???? menyambut kedatangannya. Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya maka salah seorang kamipun menyambut kedatangan yang lain dan ucapan terakhir yang diucapkan Rasulullah sambil menepuk pundaknya,
‘Wahai Utsman mudah-mudahan Allah akan memakaikan untukmu sebuah pakaian dan orang-orang munafik ingin melepaskan pakaian tersebut maka jangan engkau lepaskan hingga engkau menemuiku (meninggal).’ Tiga kali.
Aku katakan, ‘Ya Ummul Mukminin hadits ini aku riwayatkan darimu.’ Aisyah menjawab, ‘Demi Allah aku sudah lupa.’ Kemudian aku beritakan hal tersebut kepada Mu’awiyah bin Abi Sufyan, namun ia kurang yakin hingga ia menulis surat kepada Ummul Mukminin, Tuliskan untukku tentang hadits ini!’ Maka Ummul Mukminin menuliskan tentang hadits tersebut.”15
Abu Abdullah al-Jasry16 telah meriwayatkan dari ‘Aisyah dan Hafshah seperti hadits telah lalu.17 Qais bin Abi Hazim18 dan Abu Sahlah dari ‘Aisyah ??? ???? ???? 19
Abu Shalah meriwayatkan dari Utsman bahwa Rasulullah ??? ???? ???? ???? mengambil suatu perjanjian dariku agar aku sabar melaksanakannya.20
Faraj bin Fudhalah meriwayatkan dari Muhammad bin al-Walid az-Zubaidy dari Zuhry dari ‘Urwah dari Aisyah ??? ???? ???? kemudian menyebutkan hadits tersebut.”21
Adalah Darul Quthny berkata, “Hanya al-Faraj bin Fudhalah yang meriwayatkan hadits ini.”22
*Persaksian ‘Aisyah Terhadap Utsman bin Affan ??? ???? ???
Imam Ahmad berkata, “Abdush Shamad telah mengatakan kepada kami dan berkata, Fathimah binti Abdurrahman telah mengatakan kepadaku bahwa ia berkata, Ibuku telah menceritakan kepadaku bahwa ia pernah bertanya kepada ‘Aisyah ??? ???? ???? dengan mengutus pamannya, ‘Salah seorang anakmu mengirimkan salam untukmu dan bertanya tentang Utsman yang sedang dicela oleh banyak orang.’ Beliau menjawab, ‘Semoga Allah ?????? ??????  melaknat orang yang melaknat Utsman. Demi Allah waktu itu ia sedang duduk di sisi Rasulullah ??? ???? ???? ???? dan Rasulullah sedang menyandarkan punggungnya kepadaku dan Jibril sedang menyampaikan wahyu al-Qur’an, beliau bersabda, Tulislah wahyu tersebut ya ‘Utsaim23 (Utsman).’ ‘Aisyah berkata, ‘Tidaklah Allah menempatkan seseorang pada kedudukan seperti itu melainkan orang tersebut telah bersikap mulia terhadap Allah dan RasulNya’.”24
Kemudian Imam Ahmad meriwayatkan dari Yunus dari Umar bin Ibrahim al-Yasykary dari ibunya bahwa ia bertanya kepada Aisyah tentang Utsman di dekat Ka’bah. Kemudian ia menyebutkan hadits tersebut.25
* Berita Tentang Terjadinya Fitnah yang Menyebabkan terbunuhnya Utsman dan Beliau Berada di Atas Kebenaran
Imam Ahmad berkata, “Aswad bin Amir telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Sinan bin Harun telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Kulaib bin Waail telah mengatakan kepada kami dari Ibnu Umar ia berkata bahwa Rasulullah ??? ???? ???? ????  pernah menceritakan tentang fitnah dan beliau bersabda,
“Orang yang menyelimuti mukanya ini, akan terbunuh secara zhalim pada waktu itu.”
Lalu aku melihat orang tersebut, ternyata ia adalah Utsman bin Affan ??? ???? ???”26
Hadits ini juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ibrahim bin Sa’ad dari Syadzan. Beliau mengatakan, “Hadits ini hasan gharib dari sisi ini dari hadits Ibnu Umar”27
15. Imam Ahmad berkata, “Affan telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Wuhaib telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Musa bin ‘Utbah telah mengatakan kepada kami, kakekku dan bapak ibuku Abu Habibah telah mengatakan kepadaku bahwa ia masuk ke dalam rumah dan Utsman sedang terkepung di dalamnya. Beliau mendengar Abu Hurairah yang meminta izin untuk bicara maka beliau mengizinkannya. Ia berdiri seraya memuji Allah ?????? ? ?????  lantas berkata, “Aku mendengar Rasulullah ??? ???? ???? ???? bersabda,
“Sesungguhnya engkau akan menemui fitnah dan perselisihan setelahku nanti atau beliau berkata perselisihan dan fitnah- salah seorang bertanya, “Siapa yang harus kami ikuti ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, “Ikutilah al-Amin ini dan para sahabatnya.” Sambil menunjuk kepada Utsman’.”28
Ibnu Katsir berkata, “Hanya Ahmad yang meriwayatkan hadits ini dengan sanad yang hasan jayyid. Tidak ada yang mengeluarkannya dari jalur ini.”
16. Imam Ahmad berkata, “Abu Usamah Hamad bin Usamah29 telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Kahmas bin al-Hasan telah mengatakan kepada kami dari Abdullah bin Syaqiq ia berkata, Harmy bin Harits dan Usamah bin Khuraim (pada saat itu sedang berperang) telah mengatakan kepadaku dan mereka berdua mengisahkan satu hadits, mereka tidak menyangka bahwa masing-masing mereka telah menceritakan hadits tersebut kepadaku dari Murrah al-Bahzy ia berkata, ‘Di saat kami bersama Rasulullah di sebuah jalan yang ada di Madinah beliau bersabda,
“Apa yang akan kalian lakukan jika fitnah menerjang seluruh penjuru bumi bagaikan tanduk sapi?” mereka bertanya, “Apa yang harus kami lakukan ya Rasululah?” Beliau menjawab, “Ikutilah orang ini dan sahabat-sahabatnya.” Akupun mempercepat jalanku agar jelas bagiku hingga aku mendekati lelaki tersebut lalu kukatakan, “Apakah dia yang engkau maksud ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, ” Ya dia.” Ternyata lelaki itu adalah Utsman bin Affan. Rasulullah ??? ???? ???? ???? berkata lagi, “Ya dia dan sahabat-sahabatnya.”30
17. At-Tirmidzi berkata dalam Jami’nya, “Muhammad bin Basyar telah mengatakan kepada kami, ‘Abdul Wahhab Ats-Tsaqafy telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, ‘Ayyub telah mengatakan kepada kami dari Abu Qilabah dari Abi al-’Ats’ats ash- Shan’any, bahwa para khatib berbicara di negeri Syam dan di antara mereka ada sahabat Nabi ??? ???? ???? ???? kemudian berdiri orang yang terakhir bernama Murrah bin Ka’ab seraya berkata, ‘Kalau tidak karena hadits dari Rasulullah ??? ???? ???? ????  aku tidak akan berbicara. Lantas ia menyebutkan tentang fitnah dan menyebutkan seorang lelaki yang sedang menyelimuti mukanya dengan kain, kemudian Rasulullah ??? ???? ???? ????, bersabda,Adapun dia ini pada saat itu berada di atas petunjuk.’ Maka akupun mendatanginya yang ternyata adalah Utsman bin Affan, lalu aku menghadap Rasulullah, dan kukatakan, ‘Apa dia yang engkau maksud?’ Beliau menjawab, ‘Benar’.”
Kemudian at-Tirmidzi berkata, “Hadits ini sanadnya hasan shahih.”31
* Kesungguhan Beliau Dalam Beribadah
Telah diriwayatkan dari berbagai jalur bahwa beliau pernah shalat dengan mambaca semua al-Qur’an pada satu rakaat di kamar al-Aswad pada musim haji. Dan ini adalah ketekunan beliau ??? ???? ???.32
Kami telah meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa ia berkata tentang Firman Allah ?????? ??????
” (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya.” (Az-ZUmar ra.: 9).
“Bahwa yang dimaksud dalam ayat itu adalah Utsman bin Affan”33
Ibnu Abbas dalam mengomentari Firman Allah ?????? ? ?????,
“Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus.” (An-Nahl: 76).
Ia berkata, “Maksudnya adalah Utsman bin Affan”34
Hassan  ??? ???? ??? berkata,
Berkorban hingga beruban sebagai tanda sujud,
Memotong malam dengan bertasbih dan membaca al-Qur ‘an.
Bersambung…
Foot Note:
9 Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya, 1/71, Ahmad Syakir, 514 berkata, “Sanad hadits tersebut shahih.”
10 Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam al-Musnad, 3/184, 281 dan telah dishahihkan oleh al-Albany dalam kitabnya al-Jami’ash-Shaghir, 908 telah kita jelaskan pada kitab keistimewaan Umar.
11 Lihat takhrijnya dalam Kitab Tuhfatul Asyraf, 1/257, hal. 952.
12 Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam al Musnad, Ahmad Syakir, 5469, berkata, “Sanad hadits ini shahih.”
13 Al-Ma’rifatu wat Tarikh, 3/357 hadits ini merupakan syahid untuk hadits yang lalu.
14 Pada kitab asli tertulis “Al-Walid bin Muslim” dan koreksi ini diambil dari Musnad Ahmad, 6/76

16 Dalam kitab asli tertulis “al-Jary” dan perbaikan ini terdapat dalam Musnad Ahmad, 6/263.
17 Al-Musnad, 6/263.
18 Al-Musnad, 6/214.
19 Al-Musnad, 6/52.
20 Al-Musnad, 6/58. Ahmad Syakir berkata dalam tahqiqnya, “Sanad hadits ini shahih.”
21 Riwayat al-Faraj bin Fudhalah di keluarkan oleh Ibnu Majah, 1/41 sebagaimana yang telah diisyaratkan
22 Tidak hanya al-Faraj bin Fudhalah yang meriwayatkan hadits ini tetapi juga diriwayatkan oleh Mu’awiyah bin Shalih dari Rabi’ah bin Yazid sebagaimana yang terdapat dalam at-Tirmidzi dan Al-Walid bin Sulaiman dari Rabi’ah sebagaimana pada hadits ini.
23 Panggilan orang arab terhadap orang yang disayangi (pent.).
24 Al-Musnad, 6/250.
25 Al-Musnad, 6/261
26 Ahmad Syakir menshahihkan hadits itu dalam tahqiqnya untuk al-Musnad, 8/171.
27 Sunan at-Tirmidzi dalam Kitab al-Manaqib, 5/630, hal. 3708.
28 Al-Musnad, 2/345 dan seperti ini juga sanad dan matan pada Fadhail ash-Shahabah, 1/450, 723 muhaqqiqnya berkata, “Sanad haditsnya shahih.”
29 Pada kitab aslinya: Abu Usamah teiah mengatakan kepada kami dan ia berkata, “Hammad bin Salam telah mengatakan kepada kami.” Perbaikan didapat dari al-Musnad.
30 Al-Musnad, 5/35 dengan sanad yang shahih. Beliau juga memiliki sanad yang lain di dalam al-Musnad, 5/33 Bahz dan Abdush Shamad telah mengatakan kepada kami dan mereka berkata, “Abu Hilal telah mengatakan kepada kami dari Qatadah dari Abdullah bin Ayaqiq dari Murrah al-Bahz -demikian tanpa ada perantara- lihat Fadhail ash-Shahabah, 1/449. Jalur yang ketiga di dalam al-Musnad, 4/235 dan akan dikuatkan oleh hadits yang akan datang.
31 Sunan at-Tirmidzi‘dalam Kitab al-Manaqib hadits 3704, ia berkata, “Pada bab ini dari Umar, Abdullah bin Hawalah dan Ka’ab bin ‘Ujrah
32 Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam Sunan Kubra, 3/24 dan Ibnu Sa’ad dalam ath-ThabaqatuI Kubra, 3/76 dan dishahihkan oleh adz-Dzahaby dalam Tarikh Islam pada zaman Khulafa Rasyidin, 476. Lihat tambahannya dari pada riwayat-riwayat pada Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/75-76
33 Ibnu Katsir Tafsir al-Qur’an al-Azhim, 4/47
34 Ibnu Katsir Tafsir al-Qur an al-Azhim, 2/579

Istri & Putra-Putri Beliau
-Ia menikahi Ruqayah binti Rasulullah??? ???? ???? ???? dan dianugrahi seorang anak yang bernama Abdullah dan menjadikannya sebagai kuniyah. Pada masa jahiliyah ia berkuniah Abu 'Amr.
-Setelah Ruqayah wafat, beliau menikahi adiknya yang bernama Ummu Kaltsum dan kemudian Ummu Kaltsum pun wafat.
-Kemudian ia menikahi Fakhitah binti Ghazwan bin Jabir dan dianugrahi seorang anak yang bernama Abdullah al-Ashghar.
-Lantas beliau menikahi Ummu 'Amr binti Jundub bin' Amr al-Azdyah dan dianugrahi beberapa orang anak yang bernama 'Amr, Khalid, Aban,' Umar dan Maryam.
-Lalu ia menikah dengan Fathimah binti Al-Walid bin Abdusy Syamsy bin al-Mughirah al-Makhzumiyah dan lahirlah Al-Walid, Sa'id dan Ummu Utsman.
-Kemudian menikahi Ummu al-Banin binti 'Uyainah bin Hishn al-Fazariyah dan dianugerahi seorang anak yang bernama Abdul Malik dan dikatakan' Utbah.
-Lantas beliau menikahi Ramlah binti Syaibah bin Rabi'ah bin Abdusy Syamsy bin Abdul Manaf bin Qushay dan lahir beberapa orang anak yang bernama 'Aisyah, Ummu Aban, Ummu' Amr dan Banat Utsman.
-Lalu ia menikah dengan Na'ilah binti al-Farafishah bin al-Ahwash bin 'Amr bin Tsa'labah bin al-Harits bin Hishn bin Dhamdham bin' Ady bin Junab bin Kalb dan dianugerahi seorang anak yang bernama Maryam dan dikatakan juga dengan ' Anbasah. 35
Ketika terbunuh, beliau??? ???? ??? memiliki empat orang istri: Na'ilah, Ramlah, Ummul Banin dan Fakhitah.
Dikatakan bahwa ia telah mencerai Ummul Banin di saat ia se-dang terkepung. 36
Wasiat-Wasiat Ustman bin Affan radhiyallahu 'anhu
Hisyam bin 'Urwah berkata dari ayahnya bahwa Utsman??? ???? ??? memberikan wasiat kepada Zubair. 37
Al-Ashma'i berkata, "Dari al-'Ala' bin al-Fadhl dari ayahnya berkata," Ketika Utsman bin Affan terbunuh mereka memeriksa lemari-lemarinya dan mereka temukan di dalamnya sebuah kotak yang terkunci. Setelah mereka buka ternyata isinya adalah selembar kertas yang bertuliskan:
* Ini adalah wasiat Utsman
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang
"Utsman bin Affan bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Allah semata tiada sekutu bagiNya dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan. Surga itu benar adanya dan neraka itu juga benar adanya.Bahwasanya Allah akan membangkitkan manusia dari dalam kubur di hari yang tidak diragukan lagi dan Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya. Di atasnya manusia hidup dan di atasnya pula manusia mati dan di atasnya juga akan dibangkitkan kembali insya Allah "
Masa Kekhalafahan & Umur Beliau radhiyallahu 'anhu
Masa khilafahnya adalah sebelas tahun sebelas bulan dan tujuh belas hari. Ia dibai'at pada awal bulan Muharram tahun dua puluh empat Hijriyah dan terbunuh pada tanggal delapan belas Dzulhijjah tahun tiga puluh lima hijrah. 38
Adapun usia beliau telah mencapai lebih dari delapan puluh tahun. Shalih bin KAISAN berkata, "Beliau wafat pada usia delapan puluh tahun beberapa bulan." Dikatakan, "delapan puluh empat tahun." Qatadah berkata, "Ia meninggal pada usia delapan puluh delapantahun atau sembilan puluh tahun."
Foot Note:
35 Lihat tentang istri-istri dan anak-anak beliau: Mush'ab Zubairy. Nashab Quraisy, 104-105 tetapi bercabang pada anaknya dari Na'ilah ia berkata, "Ummu Khalid, Arwa, Ummu Abaan ash-Shughra, Banat Utsman ibu mereka Na'ilah binti al-Farafishah." Lihat juga Ibnu Jarir, Tanggal ar -rusul wal Muluk, 4/420 dengan sedikit perbedaan pada nama anak-anak beliau.
36 Ibnu Jarir Tanggal ar-rusul wal Muluk, 4/421, dan Ibnul Jauzy, al-Muntazhim fi Tanggal al-Mulk wal Umam, 4/336.
37 Mush'ab Zubairy, nashab Quraisy, 106
38 Berikut adalah riwayat kebanyakan ahli sejarah sebagaimana yang telah disebutkan oleh ath-Thabari, 4/415.
===============================
Sumber: Disalin dari (via Maktabah Abu Humaid): 
Judul Asli: Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah 
Penulis: al-Imam al-Hafizh Ibnu Katsir 
Pennyusun: Dr.Muhammad bin Shamil as-Sulami 
Penerbit: Dar al-Wathan, Riyadh KSA. Cet.I (1422 H./2002 M) 
Edisi Indonesia: Al-Bidayah wan-Nihayah Masa Khulafa'ur Rasyidin 
Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari 
muraja'ah: Ahmad Amin Sjihab, Lc 
Penerbit: Darul Haq, Cetakan I (Pertama ) Dzulhijjah 1424 H / Pebruari 2004 M.