Total Tayangan Halaman

Selasa, 11 September 2012

MAIMUNAH BINTI AL HARITS r.a


11.  MAIMUNAH BINTI AL HARITS r.a

* Tentang Maimunah binti Harits r.a
Ayah Maimunah adalah pemuka suku Al-Hilal, Al-Harits bin Hazn bin Bujair bin Al-Hazm bin Ruwaibah. Sedangkan ibunya adalah Hindun binti Auf bin Zuhair bin Hamathah.
Beliau menikah dengan Rasulullah pada tahun 8 H. Yang menikahkan Maimunah adalah Al-Abbas bin Abdul Muthallib. Mahar dari Rasulullah untuk Maimunah sama dengan mahar mayoritas Ummul Mukminin yang lain yaitu uang 400 dirham.
Ketika dinikahi Rasulullah, Maimunah adalah janda dari Abu Ruhm bin Abdul Uzza Al-Amiri. Beliau hidup bersama Rasulullah selama ± 2 tahun. Maimunah wafat pada tahun 61 H.

* Keistimewaan Maimunah binti Harits r.a
1.      Keberkahan Ibunda dari Maimunah binti Harits
Maimunah binti Harits
Ibnu Qutaibah berkata,
“Wanita termulia yang pernah mempunyai menantu-menantu ialah Hindun binti Auf.  Menantu-menantunya adalah: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam (menikahi Maimunah binti Al Harits), Abu Bakar Radhiyallahu Anhu (menikahi Asma’ binti Umais), Hamzah bin Abdul Muthallib Radhiyallahu Anhu (menikahi Salma binti Umais), Al-Abbas bin Abdul Muthallib Radhiyallahu Anhu (menikahi Ummu Al-Fadhl), Ja’far bin Abu Thallib Radhiyallahu Anhu (menikahi Asma’ binti Umais), Ali Bin Abu Thallib Radhiyallahu Anhu (menikahi Asma’ binti Umais), Syadad bin Al-Had Radhiyallahu Anhu (menikahi Salma binti Umais)
2.      Ayat Al-Qur’an turun karena Maimunah binti Harits
Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menikahi Maimunah binti Al Harits yang menyerahkan dirinya kepada Rasulullah, Allah berfirman,
“Dan wanita Mukminah yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau menikahinya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua kaum Mukminin” (QS. Al-Ahzab: 50)
3.      Maimunah binti Harits istri terakhir yang dinikahi Rasulullah
Ibnu Sa’ad berkata,
“Maimunah binti Al-Harits adalah wanita terakhir yang dinikahi Rasulullah.”
4.      Keinginan Rasulullah Menyelenggarakan Walimah dengan Maimunah
Selain Zainab binti Jahsy, istri Rasulullah yang pernikahannya dirayakan dengan resepsi adalah Maimunah. Pernikahan Rasulullah dengan Maimunah terjadi ketika Rasulullah baru saja menyelesaikan umrah Qadha’. Beberapa orang Quraisy yang dipimpin oleh Huwaithib bin Abdul Uzza datang dan mengusir Rasulullah agar keluar dari Makkah. Rasulullah meloby orang-orang Quraisy tersebut agar memperpanjang masa tinggalnya sampai walimah selesai, tapi mereka menolak. Akhirnya dengan berat hati kaum muslimin keluar dari Mekkah dan menyelenggarakan walimah Rasulullah dengan Maimunah di Syarif. 
5.      Pujian Rasulullah atas Iman Maimunah bersaudara
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Saudara-saudara perempuan yang beriman ialah Maimunah binti Al-Harits, Ummu Al-Fadhl, Salma binti Umais dan Asma’ binti Umais” (HR. An-Nasai)
6.      Pujian Aisyah atas ketaqwaan Maimunah binti Harits
Aisyah berkata,
“Sesungguhnya Maimunah adalah orang yang paling bertaqwa dan paling menyambung silaturrahim di antara kami.” (HR. Al-Hakim)

MAIMUNAH BINTI AL HARITS r.a


11.  MAIMUNAH BINTI AL HARITS r.a

* Tentang Maimunah binti Harits r.a
Ayah Maimunah adalah pemuka suku Al-Hilal, Al-Harits bin Hazn bin Bujair bin Al-Hazm bin Ruwaibah. Sedangkan ibunya adalah Hindun binti Auf bin Zuhair bin Hamathah.
Beliau menikah dengan Rasulullah pada tahun 8 H. Yang menikahkan Maimunah adalah Al-Abbas bin Abdul Muthallib. Mahar dari Rasulullah untuk Maimunah sama dengan mahar mayoritas Ummul Mukminin yang lain yaitu uang 400 dirham.
Ketika dinikahi Rasulullah, Maimunah adalah janda dari Abu Ruhm bin Abdul Uzza Al-Amiri. Beliau hidup bersama Rasulullah selama ± 2 tahun. Maimunah wafat pada tahun 61 H.

* Keistimewaan Maimunah binti Harits r.a
1.      Keberkahan Ibunda dari Maimunah binti Harits
Maimunah binti Harits
Ibnu Qutaibah berkata,
“Wanita termulia yang pernah mempunyai menantu-menantu ialah Hindun binti Auf.  Menantu-menantunya adalah: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam (menikahi Maimunah binti Al Harits), Abu Bakar Radhiyallahu Anhu (menikahi Asma’ binti Umais), Hamzah bin Abdul Muthallib Radhiyallahu Anhu (menikahi Salma binti Umais), Al-Abbas bin Abdul Muthallib Radhiyallahu Anhu (menikahi Ummu Al-Fadhl), Ja’far bin Abu Thallib Radhiyallahu Anhu (menikahi Asma’ binti Umais), Ali Bin Abu Thallib Radhiyallahu Anhu (menikahi Asma’ binti Umais), Syadad bin Al-Had Radhiyallahu Anhu (menikahi Salma binti Umais)
2.      Ayat Al-Qur’an turun karena Maimunah binti Harits
Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menikahi Maimunah binti Al Harits yang menyerahkan dirinya kepada Rasulullah, Allah berfirman,
“Dan wanita Mukminah yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau menikahinya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua kaum Mukminin” (QS. Al-Ahzab: 50)
3.      Maimunah binti Harits istri terakhir yang dinikahi Rasulullah
Ibnu Sa’ad berkata,
“Maimunah binti Al-Harits adalah wanita terakhir yang dinikahi Rasulullah.”
4.      Keinginan Rasulullah Menyelenggarakan Walimah dengan Maimunah
Selain Zainab binti Jahsy, istri Rasulullah yang pernikahannya dirayakan dengan resepsi adalah Maimunah. Pernikahan Rasulullah dengan Maimunah terjadi ketika Rasulullah baru saja menyelesaikan umrah Qadha’. Beberapa orang Quraisy yang dipimpin oleh Huwaithib bin Abdul Uzza datang dan mengusir Rasulullah agar keluar dari Makkah. Rasulullah meloby orang-orang Quraisy tersebut agar memperpanjang masa tinggalnya sampai walimah selesai, tapi mereka menolak. Akhirnya dengan berat hati kaum muslimin keluar dari Mekkah dan menyelenggarakan walimah Rasulullah dengan Maimunah di Syarif. 
5.      Pujian Rasulullah atas Iman Maimunah bersaudara
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Saudara-saudara perempuan yang beriman ialah Maimunah binti Al-Harits, Ummu Al-Fadhl, Salma binti Umais dan Asma’ binti Umais” (HR. An-Nasai)
6.      Pujian Aisyah atas ketaqwaan Maimunah binti Harits
Aisyah berkata,
“Sesungguhnya Maimunah adalah orang yang paling bertaqwa dan paling menyambung silaturrahim di antara kami.” (HR. Al-Hakim)

SHAFIYAH BINTI HUYAI r.a


10.  SHAFIYAH BINTI HUYAI r.a
* Tentang Shafiyah binti Huyai r.a
Ayah Shafiyyah adalah kepala suku An-Nadhir, Huyai bin Akhtab bin Sa’ayah bin Taghlab bin Amir bin Ubaid. Sedangkan ibunya adalah Barrah binti Syamal. Beliau menikah pada tahun 7 H. Mahar dari Rasulullah untuk Shafiyah hampir sama dengan mahar Juwairiyah yaitu pemerdekaan dirinya seharga 7 ekor kambing. Hal ini terjadi karena Shafiyah tertawan kaum muslimin saat perang Khaibar.
Ketika dinikahi Rasulullah, Shafiyah adalah janda dari Salam bin Misykam (bercerai) dan Kinanah bin Ar-Rabi’ yang mati pada perang Khaibar. Usia Shafiyah saat itu adalah 17 tahun. Beliau hidup bersama Rasulullah selama ± 3 tahun. Beliau wafat pada tahun yang sama dengan Juwairiyah yaitu tahun 50 H. Shafiyah wafat di usia 60 tahun pada masa Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan.

* Keistimewaan Shafiyah binti Huyai r.a
1. Shafiyah binti Huyai Bermimpi kejatuhan bulan
Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma berkata,
Ada memar di kedua mata Shafiyah. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Shafiyah, ‘Ada apa di kedua matamu?’ Shafiyah berkata, ‘Aku pernah berkata kepada suamiku, ‘Aku bermimpi bulan turun di pangkuanku,’ kemudian suamiku menamparku sambil berkata, ‘Apakah engkau mengharapkan penguasa Yatsrib (Madinah)?’ Safiyah berkata ’Padahal tidak ada yang lebih kubenci saat itu selain Muhammad, karena ia telah membunuh ayahku. ” (HR. Ath-Thabrani )
2. Permintaan maaf Rasulullah kepada Shafiyah binti Huyai
Ketika Shafiyah menceritakan kejadian mimpi dan tamparan suaminya serta kebenciannya pada saat itu kepada Rasulullah, maka Rasulullah bersabda,
 “Hai Shafiyah, aku minta maaf kepadamu atas apa yang aku perbuat terhadap kaummu. Mereka berkata kepadaku ini dan itu.” (HR. Abu Ya’la)
Bani Nadhir adalah keturunan Yahudi yang bermukim di pinggiran kota Madinah dan memerangi Rasulullah. Ayah Shafiyah adalah kepala sukunya. Pada perang Khaibar, Bani Nadhir kalah, ayah Shafiyah mati terbunuh dan Shafiyah tertawan menjadi fa’i Rasulullah. Namun Rasulullah kemudian menikahinya dengan menjadikan pembebasannya sebagai mahar.
3. Pembelaan Rasulullah kepada Shafiyah binti Huyai atas Hafsah
Anas bin Malik Radhiyallahu Anhuma berkata,
“Shafiyah mendengar Hafsah berkata tentang dirinya, ‘Ia putri orang Yahudi, Shafiyah pun menangis. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam masuk ke tempat Shafiyah dan mendapatinya menangis. Beliau bersabda kepada Shafiyah, ‘Kenapa engkau menangis?’ Shafiyah berkata, ‘Hafsah berkata kepadaku bahwa aku putri orang Yahudi.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sungguh engkau putri nabi (Harun AS), pamanmu dari jalur ayah adalah nabi (Musa AS), Dan engkau menjadi istri nabi (Muhammad SAW). Apa alasan Hafsah berbangga diri atas engkau?’” (HR. Ath-Tirmidzi)
4. Rasulullah mendiamkan Zainab karena Shafiyah binti Huyai
Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada dalam sebuah perjalanan, kemudian unta milik Shafiyah sakit, sedang di unta Zainab terdapat kelebihan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Zainab, ‘Sesungguhnya unta milik Shafiyah sakit, bagaimana kalau engkau memberinya salah satu dari untamu?’ zainab berkata, ‘Aku harus memberi wanita yahudi itu?’ kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meninggalkan (mendiamkan) Zainab selama dua bulan Dzul Hijjah dan Muharram, atau tiga bulan tidak mendatanginya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, & Ibnu Sa’ad)
5. Kesaksian Rasulullah atas Empati Shafiyah binti Huyai
“Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menderita sakit yang membawa pada wafatnya beliau. Istri-istri beliau berkumpul di tempat beliau. Shafiyah binti Huyai berkata’ ‘Demi Allah, Wahai Nabi Allah, Andaikan aku bisa menanggung rasa sakitmu.’ Para istri Rasulullah memicingkan mata pada Shafiyah dan hal itu dilihat Rasulullah. Beliau bersabda, ‘Bersihkan diri kalian.’ Para istri Rasulullah berkata, ‘Dari apa, wahai Rasulullah?’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Dari picingan mata kalian terhadap teman kalian (Shafiyah). Sungguh ia berkata benar’.’’ (HR. Ibnu Sa’ad)

UMMU HABIBAH BINTI ABU SUFYAN r.a


1.        UMMU HABIBAH BINTI ABU SUFYAN r.a

* Tentang Ummu Habibah binti Abu Sufyan r.a
Ayah Ummu Habibah adalah Bangsawan Quraisy Abu Sufyan bin Harb bin Umaiyyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf. Sedangkan ibunya adalah Shafiyah binti Abu Al-Ash.
Beliau menikah pada tahun 7 H . Yang menikahkan beliau dengan Rasulullah adalah Khalid bin Sa’id bin Al-Ash pamannya. Mahar dari Rasulullah untuk Ummu Habibah dari mahar para istri yang lain yaitu uang sebesar 400 dinar. Hal ini terjadi karena yang membayarkan mahar tersebut adalah Raja An-Najasy dari Etiopia.
Ketika dinikahi Rasulullah, Ummu Habibah adalah janda dari Ubaidillah bin Jahsy yang mati murtad. Usia Habibah saat itu adalah 21 tahun. Beliau memiliki seorang putri dari Ubaidillah yaitu Habibah.
Ummu Habibah hidup dengan Rasulullah selama ± 3 tahun. Beliau wafat pada tahun 44 H di usia 56 tahun. Imam Sholat jenazahnya adalah Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan.

* Keistimewaan Ummu Habibah binti Abu Sufyan r.a
1.      Ummu Habibah bermimpi menjadi Ummul Mu’minin
Ummu Habibah Radhiyallahu Anha berkata,
“Dalam tidurku, aku bermimpi melihat suamiku, Ubaidillah bin Jahsy, dalam wajah yang paling jelek. Pada pagi harinya, ternyata ia masuk Kristen. Aku ceritakan mimpiku kepadanya, namun ia tidak memperdulikannya dan suka minum minuman keras hingga meninggal dunia. Setelah itu, seseorang datang kepadaku dalam mimpiku dan berkata, ‘Wahai Ummul Mukminin.’ Aku kaget. Ketika masa iddahku habis, aku tidak merasakan apa-apa, ternyata utusan An-Najasyi meminta izin masuk kepadaku kemudian menyebutkan lamaran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepadaku melalui An-Najasyi.”
 (HR. Al Hakim di Al-Mustadrak)
2.      Ayat Allah turun saat pernikahan Ummu Habibah
“Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antara kalian dengan orang-orang yang kalian musuhi di antara mereka dan Allah Maha kuasa dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Mumtahanah: 7)
Ummu Habibah adalah putri musuh Rasulullah, oleh sebab itu dengan menikahi beliau, Rasulullah berharap dapat meluluhkan hati Abu Sufyan.
3.      Ummu Habibah Mengutamakan Rasulullah di atas Ayahnya
Az-Zuhri yang berkata,
Abu Sufyan masuk ketempat putrinya Ummu Habibah. Ketika Abu Sufyan hendak duduk duduk di kasur Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Ummu Habibah melipat kasur tersebut. Abu Sufyan bin Harb berkata, ‘Putriku, apakah Engkau lebih mencintai kasur ini daripada aku atau lebih mencintai aku daripada  kasur itu? Ummu Habibah berkata, ‘Itu kasur Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sedangkan Engkau orang najis dan musyrik’.” (Ibnu Al-Jauzi: Shifatush Shafwah)
4.      Ummu Habibah sangat Mencintai Sunnah
Kecintaan Ummu Habibah kepada sunnah-sunnah Rasulullah tampak dari kesaksian Zainab putri Ummu Salamah. Ketika Abu Sufyan, ayah Ummu Habibah telah meninggal dunia lebih dari tiga hari, Zainab binti Abu Salamah menjenguk Ummu Habibah yang sedang diolesi minyak wangi oleh budaknya. Ummu Habibah kemudian berkata kepada Zainab,
“Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Tidak halal bagi wanita beriman untuk berkabung lebih dari 3 hari kecuali atas kematian suaminya, maka masa berkabungnya adalah selama 4 bulan 10 hari”  (HR. Bukhari)
5.      Ummu Habibah Tidak pernah meninggalkan shalat Rawatib
Aku dengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Barangsiapa mengerjakan Shalat dua belas raka’at sehari semalam, rumah di surga dibangunkan untuknya karena shalat-shalat tersebut.’ Ummu Habibah berkata, ‘Aku tidak meninggalkan shalat-shalat tersebut sejak aku mendengarnya dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’.” (HR. Muslim dari Ummu Habibah)
6.      Pujian Aisyah atas Sifat Wara’ Ummu Habibah
Aisyah Rhadiyallahu Anha berkata,
“Ketika Ummu Habibah, hendak meninggal dunia, ia memanggilku dan berkata, ‘Sungguh telah terjadi pada kita apa yang biasa terjadi pada sesama istri madu. Mudah-mudahan Allah mengampuni itu semua dan aku menghalalkanmu dari itu semua.’  Aku berkata, ‘Engkau telah menggembirakanku, mudah-mudahan Allah menggembirakanmu.’ Ummu habibah juga mengirim orang kepada Ummu Salamah dengan membawa pesan yang sama.” (HR. Al-Hakim, Ibnu Al-Jauzi, dan Ibnu Sa’ad)

JUWAIRIYAH BINTI AL HARITS


1.  JUWAIRIYAH BINTI AL-HARITS r.a

* Tentang Juwairiyah binti Harits r.a
Juwairiyah adalah putri kepala suku Bani Al-Mustaliq. Ayahnya adalah Al-Harits bin Abu Dirar bin Al Harist bin Al Musthaliq.
Ketika dinikahi Rasulullah pada tahun 5 H, Juwairiyah adalah janda dari Musafi bin Shafwan yang mati dalam perang Al-Muraisy. Yang menikahkan beliau dengan Rasulullah adalah ayahnya Al-Harits bin Abu Dirar. Mahar dari Rasulullah untuk Juwairiyah adalah pemerdekaan dirinya dan 100 orang kaumnya yang tertawan saat perang bani Al-Mustaliq. Usia Juwairiyah saat itu adalah 20 tahun.
Juwairiyah hidup dengan Rasulullah selama ± 5 tahun. Juwairiyah wafat pada tahun 50 H di usia 65 tahun.

* Keistimewaan Juwairiyah binti Harits r.a
1.      Juwairiyah binti Harits bermimpi kejatuhan Bulan
Juwairiyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Tiga malam sebelum kedatangan Rasulullah, aku bermimpi melihat sepertinya bulan berjalan dari Yatsrib (Madinah) hingga jatuh di pangkuanku. Aku tidak suka menceritakan mimpiku tersebut kepada siapapun di antara manusia, hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba. Ketika kami tertawan, aku mengharapkan realisasi mimpiku tersebut, ternyata kemudian Rasulullah memerdekakanku dan menikahiku.”
 (HR. Al-Baihaqi & Al-Hakim)     
2.      Pujian Aisyah atas kecantikan Juwairiyah binti Harits
Diantara istri-istri Rasulullah, Juwairiyah terkenal sebagai istri yang paling manis dan baik parasnya. Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Juwairiyah adalah wanita yang manis dan cantik, sipapun yang melihatnya pasti tertarik kepadanya.” (HR. Imam Ahmad & Abu Daud)
3.      Keberkahan Juwairiyah binti Harits bagi kaumnya
Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membayar biaya pemerdekaan Juwairiyah dan menikahinya. Orang-orang pun mendengar bahwa Rasulullah telah menikahi Juwairiyah. Mereka berkata, ‘Keluarga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’ kemudian mereka melepas tawanan Bani Al-Mustaliq yang ada pada mereka. Sungguh dengan Juwairiyah, Allah Ta’ala memerdekakan seratus orang dari keluarga Bani Al-Mustaliq. Aku tidak tahu ada wanita yang lebih berkah bagi kaumnya daripada Juwairiyah.”
 (HR. Imam Ahmad & Abu Daud)
4.      Rasulullah memberikan mahar yang ‘besar’ pada Juwairiyah
Sudah menjadi fitrah wanita untuk bersaing dengan madunya dan cenderung untuk saling berbangga diri. Begitu pula istri-istri nabi. Kadang-kadang mereka kelepasan bicara sehingga menyinggung perasaan istri yang lainnya.
Juwairiyah Radhiyallahu Anha berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Sesungguhnya istri-istrimu berbangga diri terhadapku. Mereka berkata, ‘Engkau tidak dinikahi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. (maksudnya tidak diberi mahar)lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Bukankah aku telah memberi mahar yang sangat  besar? Bukankah aku telah memerdekakan empat puluh budak dari kaummu?’” (HR. Ath-Thabrani)
5.      Juwairiyah binti Harits ahli Dzikir
Jika Zainab binti Jahsy dikenal sebagai istri Rasulullah yang paling pandai membuat kerajinan tangan, maka Juwairiyah dikenal sebagai istri yang paling banyak Tasbihnya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist berikut ini:
Juwairiyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang kepadaku pada saat aku sedang bertasbih di suatu pagi kemudian beliau pergi lagi untuk memenuhi kebutuhan beliau. Pada kira-kira pertengahan siang, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang lagi kepadaku pada saat aku masih bertasbih. Beliau bersabda, ‘maukah kuajari kau kalimat yang sebanding dengan semua tasbihmu? Kalimat tersebut ialah SUBHANALLAH ADADA KHALQIHI (Mahasuci Allah atas semua Makhluk-Nya) 3x, SUBHANALLAH ZINATA ARSYIHI (Mahasuci Allah seberat Arsy-Nya) 3x, SUBHANALLAH RIDHA NAFSIHI (Mahasuci Allah sesuai Keridhaannya) 3x, dan SUBHANALLAH MIDADA KALIMATIHI (Mahasuci Allah sebanyak tinta Kalimat-Nya) 3x.”
 (HR. Muslim)

JUWAIRIYAH BINTI AL HARITS


1.  JUWAIRIYAH BINTI AL-HARITS r.a

* Tentang Juwairiyah binti Harits r.a
Juwairiyah adalah putri kepala suku Bani Al-Mustaliq. Ayahnya adalah Al-Harits bin Abu Dirar bin Al Harist bin Al Musthaliq.
Ketika dinikahi Rasulullah pada tahun 5 H, Juwairiyah adalah janda dari Musafi bin Shafwan yang mati dalam perang Al-Muraisy. Yang menikahkan beliau dengan Rasulullah adalah ayahnya Al-Harits bin Abu Dirar. Mahar dari Rasulullah untuk Juwairiyah adalah pemerdekaan dirinya dan 100 orang kaumnya yang tertawan saat perang bani Al-Mustaliq. Usia Juwairiyah saat itu adalah 20 tahun.
Juwairiyah hidup dengan Rasulullah selama ± 5 tahun. Juwairiyah wafat pada tahun 50 H di usia 65 tahun.

* Keistimewaan Juwairiyah binti Harits r.a
1.      Juwairiyah binti Harits bermimpi kejatuhan Bulan
Juwairiyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Tiga malam sebelum kedatangan Rasulullah, aku bermimpi melihat sepertinya bulan berjalan dari Yatsrib (Madinah) hingga jatuh di pangkuanku. Aku tidak suka menceritakan mimpiku tersebut kepada siapapun di antara manusia, hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba. Ketika kami tertawan, aku mengharapkan realisasi mimpiku tersebut, ternyata kemudian Rasulullah memerdekakanku dan menikahiku.”
 (HR. Al-Baihaqi & Al-Hakim)     
2.      Pujian Aisyah atas kecantikan Juwairiyah binti Harits
Diantara istri-istri Rasulullah, Juwairiyah terkenal sebagai istri yang paling manis dan baik parasnya. Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Juwairiyah adalah wanita yang manis dan cantik, sipapun yang melihatnya pasti tertarik kepadanya.” (HR. Imam Ahmad & Abu Daud)
3.      Keberkahan Juwairiyah binti Harits bagi kaumnya
Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membayar biaya pemerdekaan Juwairiyah dan menikahinya. Orang-orang pun mendengar bahwa Rasulullah telah menikahi Juwairiyah. Mereka berkata, ‘Keluarga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’ kemudian mereka melepas tawanan Bani Al-Mustaliq yang ada pada mereka. Sungguh dengan Juwairiyah, Allah Ta’ala memerdekakan seratus orang dari keluarga Bani Al-Mustaliq. Aku tidak tahu ada wanita yang lebih berkah bagi kaumnya daripada Juwairiyah.”
 (HR. Imam Ahmad & Abu Daud)
4.      Rasulullah memberikan mahar yang ‘besar’ pada Juwairiyah
Sudah menjadi fitrah wanita untuk bersaing dengan madunya dan cenderung untuk saling berbangga diri. Begitu pula istri-istri nabi. Kadang-kadang mereka kelepasan bicara sehingga menyinggung perasaan istri yang lainnya.
Juwairiyah Radhiyallahu Anha berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Sesungguhnya istri-istrimu berbangga diri terhadapku. Mereka berkata, ‘Engkau tidak dinikahi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. (maksudnya tidak diberi mahar)lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Bukankah aku telah memberi mahar yang sangat  besar? Bukankah aku telah memerdekakan empat puluh budak dari kaummu?’” (HR. Ath-Thabrani)
5.      Juwairiyah binti Harits ahli Dzikir
Jika Zainab binti Jahsy dikenal sebagai istri Rasulullah yang paling pandai membuat kerajinan tangan, maka Juwairiyah dikenal sebagai istri yang paling banyak Tasbihnya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist berikut ini:
Juwairiyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang kepadaku pada saat aku sedang bertasbih di suatu pagi kemudian beliau pergi lagi untuk memenuhi kebutuhan beliau. Pada kira-kira pertengahan siang, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang lagi kepadaku pada saat aku masih bertasbih. Beliau bersabda, ‘maukah kuajari kau kalimat yang sebanding dengan semua tasbihmu? Kalimat tersebut ialah SUBHANALLAH ADADA KHALQIHI (Mahasuci Allah atas semua Makhluk-Nya) 3x, SUBHANALLAH ZINATA ARSYIHI (Mahasuci Allah seberat Arsy-Nya) 3x, SUBHANALLAH RIDHA NAFSIHI (Mahasuci Allah sesuai Keridhaannya) 3x, dan SUBHANALLAH MIDADA KALIMATIHI (Mahasuci Allah sebanyak tinta Kalimat-Nya) 3x.”
 (HR. Muslim)

JUWAIRIYAH BINTI AL HARITS


1.  JUWAIRIYAH BINTI AL-HARITS r.a

* Tentang Juwairiyah binti Harits r.a
Juwairiyah adalah putri kepala suku Bani Al-Mustaliq. Ayahnya adalah Al-Harits bin Abu Dirar bin Al Harist bin Al Musthaliq.
Ketika dinikahi Rasulullah pada tahun 5 H, Juwairiyah adalah janda dari Musafi bin Shafwan yang mati dalam perang Al-Muraisy. Yang menikahkan beliau dengan Rasulullah adalah ayahnya Al-Harits bin Abu Dirar. Mahar dari Rasulullah untuk Juwairiyah adalah pemerdekaan dirinya dan 100 orang kaumnya yang tertawan saat perang bani Al-Mustaliq. Usia Juwairiyah saat itu adalah 20 tahun.
Juwairiyah hidup dengan Rasulullah selama ± 5 tahun. Juwairiyah wafat pada tahun 50 H di usia 65 tahun.

* Keistimewaan Juwairiyah binti Harits r.a
1.      Juwairiyah binti Harits bermimpi kejatuhan Bulan
Juwairiyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Tiga malam sebelum kedatangan Rasulullah, aku bermimpi melihat sepertinya bulan berjalan dari Yatsrib (Madinah) hingga jatuh di pangkuanku. Aku tidak suka menceritakan mimpiku tersebut kepada siapapun di antara manusia, hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba. Ketika kami tertawan, aku mengharapkan realisasi mimpiku tersebut, ternyata kemudian Rasulullah memerdekakanku dan menikahiku.”
 (HR. Al-Baihaqi & Al-Hakim)     
2.      Pujian Aisyah atas kecantikan Juwairiyah binti Harits
Diantara istri-istri Rasulullah, Juwairiyah terkenal sebagai istri yang paling manis dan baik parasnya. Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Juwairiyah adalah wanita yang manis dan cantik, sipapun yang melihatnya pasti tertarik kepadanya.” (HR. Imam Ahmad & Abu Daud)
3.      Keberkahan Juwairiyah binti Harits bagi kaumnya
Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membayar biaya pemerdekaan Juwairiyah dan menikahinya. Orang-orang pun mendengar bahwa Rasulullah telah menikahi Juwairiyah. Mereka berkata, ‘Keluarga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’ kemudian mereka melepas tawanan Bani Al-Mustaliq yang ada pada mereka. Sungguh dengan Juwairiyah, Allah Ta’ala memerdekakan seratus orang dari keluarga Bani Al-Mustaliq. Aku tidak tahu ada wanita yang lebih berkah bagi kaumnya daripada Juwairiyah.”
 (HR. Imam Ahmad & Abu Daud)
4.      Rasulullah memberikan mahar yang ‘besar’ pada Juwairiyah
Sudah menjadi fitrah wanita untuk bersaing dengan madunya dan cenderung untuk saling berbangga diri. Begitu pula istri-istri nabi. Kadang-kadang mereka kelepasan bicara sehingga menyinggung perasaan istri yang lainnya.
Juwairiyah Radhiyallahu Anha berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Sesungguhnya istri-istrimu berbangga diri terhadapku. Mereka berkata, ‘Engkau tidak dinikahi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. (maksudnya tidak diberi mahar)lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Bukankah aku telah memberi mahar yang sangat  besar? Bukankah aku telah memerdekakan empat puluh budak dari kaummu?’” (HR. Ath-Thabrani)
5.      Juwairiyah binti Harits ahli Dzikir
Jika Zainab binti Jahsy dikenal sebagai istri Rasulullah yang paling pandai membuat kerajinan tangan, maka Juwairiyah dikenal sebagai istri yang paling banyak Tasbihnya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist berikut ini:
Juwairiyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang kepadaku pada saat aku sedang bertasbih di suatu pagi kemudian beliau pergi lagi untuk memenuhi kebutuhan beliau. Pada kira-kira pertengahan siang, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang lagi kepadaku pada saat aku masih bertasbih. Beliau bersabda, ‘maukah kuajari kau kalimat yang sebanding dengan semua tasbihmu? Kalimat tersebut ialah SUBHANALLAH ADADA KHALQIHI (Mahasuci Allah atas semua Makhluk-Nya) 3x, SUBHANALLAH ZINATA ARSYIHI (Mahasuci Allah seberat Arsy-Nya) 3x, SUBHANALLAH RIDHA NAFSIHI (Mahasuci Allah sesuai Keridhaannya) 3x, dan SUBHANALLAH MIDADA KALIMATIHI (Mahasuci Allah sebanyak tinta Kalimat-Nya) 3x.”
 (HR. Muslim)

7. ZAINAB BINTI JAHSY r.a

* Tentang Zainab binti Jahsy r.a           
Ayah Zainab adalah Jahsy bin Riab bin Ya’mur bin Shabirah bin Murrah bin Kabir bin Ghanm. Sedangkan ibunya adalah Umaimah binti Abdul Muthalib bin Hasyim. Dengan kata lain Zainab adalah sepupu Rasulullah dari pihak ibu. Zainab berasal dari suku Faras, sekutu suku Quraisy.
Beliau menikah pada tahun 5 H . Yang menikahkan beliau dengan Rasulullah adalah Abu Ahmad bin Jahsy saudara Zainab. Mahar dari Rasulullah untuk Zainab sama dengan mahar Rasulullah untuk Aisyah, Saudah, Hafsah, dan Zainab binti Khuzaimah yaitu uang sebesar 400 dirham.
Ketika dinikahi Rasulullah, Zainab adalah janda dari Zaid bin Harits putra angkat Rasulullah. Usianya saat itu adalah 25 tahun. Beliau hidup dengan Rasulullah selama ± 5 tahun. Zainab adalah ummahatul mukminin yang wafat paling awal setelah Rasulullah. Beliau wafat pada tahun 20 H di usia 40 tahun. Imam Sholat jenazahnya adalah Khalifah Umar bin Khattab.

* Keistimewaan Zainab binti Jahsy r.a
1. Pernikahan Zainab binti Jahsy ber’Wali’kan Allah
Ketika Ayat 37 dari Al-Ahzab turun, Maka Zainab berbangga diri atas seluruh istri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ia berkata,
“Kalian dinikahkan oleh wali-wali kalian, sedang aku dinikahkan Allah dari atas tujuh langit.” (HR. At-Tirmidzi)
2. Keberkahan walimah pernikahan Zainab binti Jahsy
      Saat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menikah dengan Zainab binti Jahsy, Beliau menyelenggarakan walimah dengan hidangan roti dan daging. Kemudian Ummu Sulaim memasak hais dalam jumlah yang tidak banyak lalu mengirimkannya pada Rasulullah. Hais adalah makanan dari bahan kurma, tepung, dan samin. Atas Izin Allah makanan hais yang sedikit itu cukup untuk menjamu sekitar tiga ratus orang tamu dalam walimah tersebut.
3. Ayat Hijab turun karena Zainab binti Jahsy
      Ketika Walimah pernikahan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Zainab binti Jahsy Rhadiyallahu Anha telah selesai, banyak dari sahabat yang enggan untuk pulang kerumahnya masing-masing sehingga membuat Rasulullah dan keluarganya merasa canggung.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah-rumah nabi Nabi kecuali bila kalian diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kalian diundang maka masuklah dan bila kalian selesai makan, keluarlah kalian tanpa asyik memperpanjang percakapan, sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepada kalian (untuk menyuruh kalian keluar) dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar apabila kalian meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka, dan kalian tidak boleh menyakiti Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat, sesungguhnya perbuatan itu amat besar (dosanya) di sisi Allah.” (Al-Ahzab: 53)
4. Pujian Aisyah untuk Zainab binti Jahsy
Muslim, Ahmad, dan An-Nasai meriwayatkan dari Aisyah Rhadiyallahu Anha yang berkata,
“Zainab adalah istri dari istri-istri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menyaingi kedudukanku disisi beliau. Aku tidak pernah melihat wanita yang lebih baik agamanya, lebih bertaqwa kepada Allah, lebih jujur bicaranya, lebih menyambung silaturrahim, lebih banyak sedekahnya, lebih serius mencurahkan diri dalam amal perbuatan yang ia bersedekah dengannya, dan bertaqarrub dengan amal perbuatan tersebut kepada Allah daripada Zainab.”
5. Zainab binti Jahsy Istri Rasulullah yang paling ‘panjang tangan’nya
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Istri yang paling awal menyusulku di antara kalian ialah istri yang paling panjang tangannya.’ Aisyah berkata,’Sepeninggal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, jika kami berkumpul di rumah salah seorang dari kami, maka kami memanjangkan tangan kami ke tembok dan kami berlomba memanjangkannya. Kami senantiasa berbuat seperti itu, hingga Zainab binti Jahsy wafat mendahului kami. Ia wanita yang pendek dan tidak mungkin tangannya lebih panjang dari tangan kami. Dari situlah, kami tahu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memaksudkan tangan panjang ialah tangan yang bersedekah” (HR. Bukhari & Muslim)


Selasa, 04 September 2012

UMMU SALAMAH RA.


@ Tentang UMMU SALAMAH binti ABU UMAYYAH R. A

Ayahnya   : Abu Umayyah bin Suhail bin Mughirah bin Abdullah bin Amr.
Ibunya       : Atikah binti Amir bin Rabi’ah bin Malik bin Khuzaimah.
Suku          : Qurays

Ummu Salamah dinikahi Rasulullah pada tahun ke 4 Hijriah setelah wafatnya Zainab binti Khuzaimah. Pada saat itu usianya 27 tahun. Beliau adalah janda dari Abu Salamah bin Abdul Asyhal. Wali pernikahan Ummu Salamah dengan Rasulullah adalah putranya sendiri, Salamah bin Abu Salamah. Namun ada juga riwayat lain yang menyatakan bahwa walinya adalah Umar bin Khattab. Mahar pernikahannya adalah sebuah kasur, mangkok, piring dan alat penggiling.
Ummu Salamah hidup bersama Rasulullah selama 6 tahun. Selama itu beliau membesarkan anak-anak beliau dari Abu Salamah yaitu Salamah bin Abu Salamah, Umar bin Abu Salamah, Zainab binti Abu Salamah, dan Ruqayyah binti Abu Salamah. Beliau meninggal di tahun 61 Hijriah pada usia 84 tahun.

Keistimewaan Ummu Salamah r.a

  1. Ummu Salamah adalah ‘Zaadur Rabki’

Ummu Salamah adalah wanita yang dermawan. Ketika menempuh perjalanan jauh, beliau tidak mengizinkan teman-temannya membawa perbekalan sendiri-sendiri karena beliaulah yang menanggung bekal dan kebutuhan satu rombongan. Hal inilah yang menyebabkan beliau mendapat julukan ‘Zaadur Rabki’ (Bekal Musafir).

  1. Ummu Salamah adalah Muhajir Wanita Pertama

“Orang yang pertama kali Hijrah dari kalangan wanita adalah Ummu Salamah.” (HR. Imam Muslim)

  1. Ummu Salamah Istri Penuh Cinta

Ummu Salamah pernah mengatakan kepada suaminya bahwa ia tidak akan menikah lagi sepeninggal Beliau. Namun suaminya justru mendoakan Ummu Salamah dengan doa berikut ini,
“Ya Allah, karuniakanlah Ummu Salamah seorang suami yang jauh lebih baik dari pada aku. Yang tidak menyusahkannya dan tidak mengganggu kehidupannya.”

  1. Rasulullah melamar Ummu Salamah berkali-kali

Ketika Abu Salamah meninggal dunia, Ummu Salamah sangat sedih. Ia menolak lamaran Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Bahkan ketika Rasulullah meminangnya, Ummu Salamah juga masih enggan menerimanya. Ia mengatakan bahwa dirinya janda tua yang banyak anak dan pencemburu. Hingga datanglah Umar dengan sangat marah kepadanya sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist,
“Umar bin Khattab mendatangi Ummu Salamah dan berkata, ‘Engkau yang menolak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam?’. Ummu Salamah menjawab ‘Hai anak Khattab, sesungguhnya aku mempunyai ini dan itu.’ Kemudian Rasulullah datang kembali dan bersabda kepadanya, ‘Adapun perkataanmu bahwa Engkau wanita pencemburu, aku berdoa semoga Allah Azza wa Jalla menghilangkan kecemburuanmu. Adapun perkataanmu bahwa Engkau mempunyai anak kecil, maka Allah akan mencukupkan anak-anak kecilmu. Adapun perkataanmu bahwa disini tidak ada seorang walipun dari wali-walimu yang bisa menikahkanmu, maka t”idak ada seorangpun dari wali-walimu baik yang ada di sini atau tidak ada, yang membenciku.’”

  1. Ummu Salamah mendapat jatah giliran yang pertama

Umar Al Ma’la meriwayatkan hadist dari Aisyah RA yang berkata,
“Jika telah mengerjakan shalat Ashar, Rasulullah SAW masuk ke rumah isteri-isteri beliau satu persatu. Beliau pertama kali datang ke rumah Ummu Salamah karena beliau yang paling tua.”

  1. Ummu Salamah Menguatkan Rasulullah di Al-Hudaibiyah

Ketika Rasulullah SAW berdamai dengan penduduk Mekkah, beliau memerintahkan para Sahabat untuk menyembelih unta dan mencukur rambut. Namun tidak ada seorangpun yang mentaati perintah Rasulullah karena mereka tidak sepakat dengan perdamaian Rasulullah dengan penduduk Mekkah. Rasulullah masuk ke tempat Ummu Salamah dan menceritakan  apa yang dialaminya. Ummu Salamah berkata kepada Rasulullah SAW,
“Keluarlah Engkau tanpa berkata sepatah katapun dengan siapapun, kemudian Engkau Sembelih untamu dan cukurlah rambutmu.”
Rasulullah keluar dan melaksanakan saran Ummu Salamah sehingga manusia mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah.

UMMU SALAMAH RA.


@ Tentang UMMU SALAMAH binti ABU UMAYYAH R. A

Ayahnya   : Abu Umayyah bin Suhail bin Mughirah bin Abdullah bin Amr.
Ibunya       : Atikah binti Amir bin Rabi’ah bin Malik bin Khuzaimah.
Suku          : Qurays

Ummu Salamah dinikahi Rasulullah pada tahun ke 4 Hijriah setelah wafatnya Zainab binti Khuzaimah. Pada saat itu usianya 27 tahun. Beliau adalah janda dari Abu Salamah bin Abdul Asyhal. Wali pernikahan Ummu Salamah dengan Rasulullah adalah putranya sendiri, Salamah bin Abu Salamah. Namun ada juga riwayat lain yang menyatakan bahwa walinya adalah Umar bin Khattab. Mahar pernikahannya adalah sebuah kasur, mangkok, piring dan alat penggiling.
Ummu Salamah hidup bersama Rasulullah selama 6 tahun. Selama itu beliau membesarkan anak-anak beliau dari Abu Salamah yaitu Salamah bin Abu Salamah, Umar bin Abu Salamah, Zainab binti Abu Salamah, dan Ruqayyah binti Abu Salamah. Beliau meninggal di tahun 61 Hijriah pada usia 84 tahun.

Keistimewaan Ummu Salamah r.a

  1. Ummu Salamah adalah ‘Zaadur Rabki’

Ummu Salamah adalah wanita yang dermawan. Ketika menempuh perjalanan jauh, beliau tidak mengizinkan teman-temannya membawa perbekalan sendiri-sendiri karena beliaulah yang menanggung bekal dan kebutuhan satu rombongan. Hal inilah yang menyebabkan beliau mendapat julukan ‘Zaadur Rabki’ (Bekal Musafir).

  1. Ummu Salamah adalah Muhajir Wanita Pertama

“Orang yang pertama kali Hijrah dari kalangan wanita adalah Ummu Salamah.” (HR. Imam Muslim)

  1. Ummu Salamah Istri Penuh Cinta

Ummu Salamah pernah mengatakan kepada suaminya bahwa ia tidak akan menikah lagi sepeninggal Beliau. Namun suaminya justru mendoakan Ummu Salamah dengan doa berikut ini,
“Ya Allah, karuniakanlah Ummu Salamah seorang suami yang jauh lebih baik dari pada aku. Yang tidak menyusahkannya dan tidak mengganggu kehidupannya.”

  1. Rasulullah melamar Ummu Salamah berkali-kali

Ketika Abu Salamah meninggal dunia, Ummu Salamah sangat sedih. Ia menolak lamaran Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Bahkan ketika Rasulullah meminangnya, Ummu Salamah juga masih enggan menerimanya. Ia mengatakan bahwa dirinya janda tua yang banyak anak dan pencemburu. Hingga datanglah Umar dengan sangat marah kepadanya sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist,
“Umar bin Khattab mendatangi Ummu Salamah dan berkata, ‘Engkau yang menolak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam?’. Ummu Salamah menjawab ‘Hai anak Khattab, sesungguhnya aku mempunyai ini dan itu.’ Kemudian Rasulullah datang kembali dan bersabda kepadanya, ‘Adapun perkataanmu bahwa Engkau wanita pencemburu, aku berdoa semoga Allah Azza wa Jalla menghilangkan kecemburuanmu. Adapun perkataanmu bahwa Engkau mempunyai anak kecil, maka Allah akan mencukupkan anak-anak kecilmu. Adapun perkataanmu bahwa disini tidak ada seorang walipun dari wali-walimu yang bisa menikahkanmu, maka t”idak ada seorangpun dari wali-walimu baik yang ada di sini atau tidak ada, yang membenciku.’”

  1. Ummu Salamah mendapat jatah giliran yang pertama

Umar Al Ma’la meriwayatkan hadist dari Aisyah RA yang berkata,
“Jika telah mengerjakan shalat Ashar, Rasulullah SAW masuk ke rumah isteri-isteri beliau satu persatu. Beliau pertama kali datang ke rumah Ummu Salamah karena beliau yang paling tua.”

  1. Ummu Salamah Menguatkan Rasulullah di Al-Hudaibiyah

Ketika Rasulullah SAW berdamai dengan penduduk Mekkah, beliau memerintahkan para Sahabat untuk menyembelih unta dan mencukur rambut. Namun tidak ada seorangpun yang mentaati perintah Rasulullah karena mereka tidak sepakat dengan perdamaian Rasulullah dengan penduduk Mekkah. Rasulullah masuk ke tempat Ummu Salamah dan menceritakan  apa yang dialaminya. Ummu Salamah berkata kepada Rasulullah SAW,
“Keluarlah Engkau tanpa berkata sepatah katapun dengan siapapun, kemudian Engkau Sembelih untamu dan cukurlah rambutmu.”
Rasulullah keluar dan melaksanakan saran Ummu Salamah sehingga manusia mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah.

Senin, 03 September 2012

ZAINAB BINTI KHUZAIMAH R.A


@ Tentang ZAINAB BINTI KHUZAIMAH r. a

Ayahnya   : Khuzaimah bin Harits bin Abdullah bin Amr bin Abdu Manaf bin Hilal.
Ibunya       : Hindun binti Auf bin Harits bin Hamathah.
Suku          : Al Hilal

Zainab dinikahi Rasulullah pada tahun ke 4 Hijriah. Pada saat itu usianya 29 tahun. Beliau adalah janda dari syuhada perang uhud Abdullah bin Jahsy. Sebelumnya Zainab juga pernah menikah dengan Ath-Thufail bin Al Harits, namun bercerai. Wali pernikahan Zainab dengan Rasulullah adalah pamannya sendiri, Qabisah bin Amr Al-Hilaly. Zainab hidup bersama Rasulullah hanya dalam waktu singkat, yaitu selama 8 bulan. Beliau meninggal mendahului Rasulullah di bulan Rabiul Awwal tahun 4 Hijriah.

Keistimewaan Zainab binti Khuzaimah r.a

  1. Zainab binti Khuzaimah adalah ‘Ummul Masakin’
Az-Zuhri Rahimahullah berkata,
“Rasulullah SAW menikahi Zainab binti Khuzaimah Al Hilaliyah yang merupakan ibu orang-orang miskin, kemudian ia diberi nama dengan nama tersebut, karena ia seringkali memberi makan kepada orang-orang miskin.”

  1. Zainab binti Khuzaimah Istri Rasulullah yang pertama kali meninggal
Ibnu Ishaq Rahimahullah berkata,
“Zainab binti Khuzaimah adalah istri Rasulullah SAW yang pertama kali meninggal dunia. Ia wafat semasa hidup Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
Yang dimaksud dengan pertama kali meninggal adalah diantara para istri Rasulullah yang dimadu. Dengan kata lain Khadijah tidak termasuk, karena beliau bukan istri yang dimadu.

  1. Keberkahan Rumah Zainab binti Khuzaimah
Rumah Zainab binti Khuzaimah adalah rumah yang diberkahi karena di dalamnya pernah tinggal dua istri Rasulullah yaitu Zainab dan Ummu Salamah. Ibnu Sa’ad berkata,
“Zainab binti Khuzaimah wafat sebelum Rasulullah menikahi Ummu Salamah dan beliau menempatkan Ummu Salamah di rumah Zainab binti Khuzaimah”