7. ZAINAB BINTI JAHSY r.a
* Tentang Zainab binti Jahsy r.a
Ayah Zainab adalah Jahsy bin Riab bin Ya’mur bin Shabirah bin Murrah bin Kabir bin
Ghanm. Sedangkan ibunya
adalah Umaimah binti Abdul Muthalib bin Hasyim. Dengan kata lain Zainab adalah
sepupu Rasulullah dari pihak ibu. Zainab berasal dari suku Faras, sekutu suku
Quraisy.
Beliau
menikah pada tahun 5 H . Yang menikahkan beliau dengan Rasulullah adalah Abu Ahmad bin Jahsy saudara Zainab. Mahar dari Rasulullah untuk Zainab sama dengan
mahar Rasulullah untuk Aisyah, Saudah, Hafsah, dan Zainab binti Khuzaimah yaitu
uang sebesar 400 dirham.
Ketika
dinikahi Rasulullah, Zainab adalah janda dari Zaid bin
Harits putra angkat Rasulullah. Usianya saat itu adalah 25 tahun. Beliau hidup
dengan Rasulullah selama ± 5 tahun. Zainab adalah ummahatul mukminin
yang wafat paling awal setelah Rasulullah. Beliau wafat pada tahun 20 H di usia 40
tahun. Imam Sholat jenazahnya adalah Khalifah Umar bin Khattab.
* Keistimewaan Zainab
binti Jahsy r.a
1. Pernikahan Zainab binti Jahsy ber’Wali’kan Allah
Ketika Ayat 37 dari Al-Ahzab turun, Maka Zainab
berbangga diri atas seluruh istri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ia berkata,
“Kalian dinikahkan
oleh wali-wali kalian, sedang aku dinikahkan Allah dari atas tujuh langit.” (HR. At-Tirmidzi)
2. Keberkahan walimah pernikahan Zainab binti Jahsy
Saat Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam menikah dengan Zainab binti Jahsy, Beliau menyelenggarakan
walimah dengan hidangan roti dan daging. Kemudian Ummu Sulaim memasak hais dalam jumlah yang tidak banyak lalu
mengirimkannya pada Rasulullah. Hais adalah makanan dari bahan
kurma, tepung, dan samin. Atas Izin Allah makanan hais
yang sedikit itu cukup untuk menjamu sekitar tiga ratus orang tamu dalam
walimah tersebut.
3. Ayat Hijab turun karena Zainab binti Jahsy
Ketika Walimah pernikahan Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Zainab binti Jahsy Rhadiyallahu Anha telah selesai, banyak dari sahabat yang enggan
untuk pulang kerumahnya masing-masing sehingga membuat Rasulullah dan
keluarganya merasa canggung.
“Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah-rumah nabi Nabi kecuali bila
kalian diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak
(makanannya), tetapi jika kalian diundang maka masuklah dan bila kalian selesai
makan, keluarlah kalian tanpa asyik memperpanjang percakapan, sesungguhnya yang
demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepada kalian (untuk menyuruh
kalian keluar) dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar apabila kalian
meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah
dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan
hati mereka, dan kalian tidak boleh menyakiti Rasulullah dan tidak (pula)
mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat, sesungguhnya
perbuatan itu amat besar (dosanya) di sisi Allah.” (Al-Ahzab: 53)
4. Pujian Aisyah untuk Zainab binti Jahsy
Muslim, Ahmad, dan An-Nasai meriwayatkan dari Aisyah Rhadiyallahu Anha yang berkata,
“Zainab adalah
istri dari istri-istri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menyaingi
kedudukanku disisi beliau. Aku tidak pernah melihat wanita yang lebih baik
agamanya, lebih bertaqwa kepada Allah, lebih jujur bicaranya, lebih menyambung
silaturrahim, lebih banyak sedekahnya, lebih serius mencurahkan diri dalam amal
perbuatan yang ia bersedekah dengannya, dan bertaqarrub dengan amal perbuatan
tersebut kepada Allah daripada Zainab.”
5. Zainab binti Jahsy Istri Rasulullah yang paling ‘panjang
tangan’nya
“Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Istri yang paling awal menyusulku di
antara kalian ialah istri yang paling panjang tangannya.’ Aisyah berkata,’Sepeninggal
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, jika kami berkumpul di rumah salah
seorang dari kami, maka kami memanjangkan tangan kami ke tembok dan kami
berlomba memanjangkannya. Kami senantiasa berbuat seperti itu, hingga Zainab
binti Jahsy wafat mendahului kami. Ia wanita yang pendek dan tidak mungkin
tangannya lebih panjang dari tangan kami. Dari situlah, kami tahu bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam memaksudkan tangan panjang ialah tangan yang
bersedekah” (HR. Bukhari & Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar