Total Tayangan Halaman

Selasa, 11 September 2012


7. ZAINAB BINTI JAHSY r.a

* Tentang Zainab binti Jahsy r.a           
Ayah Zainab adalah Jahsy bin Riab bin Ya’mur bin Shabirah bin Murrah bin Kabir bin Ghanm. Sedangkan ibunya adalah Umaimah binti Abdul Muthalib bin Hasyim. Dengan kata lain Zainab adalah sepupu Rasulullah dari pihak ibu. Zainab berasal dari suku Faras, sekutu suku Quraisy.
Beliau menikah pada tahun 5 H . Yang menikahkan beliau dengan Rasulullah adalah Abu Ahmad bin Jahsy saudara Zainab. Mahar dari Rasulullah untuk Zainab sama dengan mahar Rasulullah untuk Aisyah, Saudah, Hafsah, dan Zainab binti Khuzaimah yaitu uang sebesar 400 dirham.
Ketika dinikahi Rasulullah, Zainab adalah janda dari Zaid bin Harits putra angkat Rasulullah. Usianya saat itu adalah 25 tahun. Beliau hidup dengan Rasulullah selama ± 5 tahun. Zainab adalah ummahatul mukminin yang wafat paling awal setelah Rasulullah. Beliau wafat pada tahun 20 H di usia 40 tahun. Imam Sholat jenazahnya adalah Khalifah Umar bin Khattab.

* Keistimewaan Zainab binti Jahsy r.a
1. Pernikahan Zainab binti Jahsy ber’Wali’kan Allah
Ketika Ayat 37 dari Al-Ahzab turun, Maka Zainab berbangga diri atas seluruh istri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ia berkata,
“Kalian dinikahkan oleh wali-wali kalian, sedang aku dinikahkan Allah dari atas tujuh langit.” (HR. At-Tirmidzi)
2. Keberkahan walimah pernikahan Zainab binti Jahsy
      Saat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menikah dengan Zainab binti Jahsy, Beliau menyelenggarakan walimah dengan hidangan roti dan daging. Kemudian Ummu Sulaim memasak hais dalam jumlah yang tidak banyak lalu mengirimkannya pada Rasulullah. Hais adalah makanan dari bahan kurma, tepung, dan samin. Atas Izin Allah makanan hais yang sedikit itu cukup untuk menjamu sekitar tiga ratus orang tamu dalam walimah tersebut.
3. Ayat Hijab turun karena Zainab binti Jahsy
      Ketika Walimah pernikahan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Zainab binti Jahsy Rhadiyallahu Anha telah selesai, banyak dari sahabat yang enggan untuk pulang kerumahnya masing-masing sehingga membuat Rasulullah dan keluarganya merasa canggung.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah-rumah nabi Nabi kecuali bila kalian diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kalian diundang maka masuklah dan bila kalian selesai makan, keluarlah kalian tanpa asyik memperpanjang percakapan, sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepada kalian (untuk menyuruh kalian keluar) dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar apabila kalian meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka, dan kalian tidak boleh menyakiti Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat, sesungguhnya perbuatan itu amat besar (dosanya) di sisi Allah.” (Al-Ahzab: 53)
4. Pujian Aisyah untuk Zainab binti Jahsy
Muslim, Ahmad, dan An-Nasai meriwayatkan dari Aisyah Rhadiyallahu Anha yang berkata,
“Zainab adalah istri dari istri-istri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menyaingi kedudukanku disisi beliau. Aku tidak pernah melihat wanita yang lebih baik agamanya, lebih bertaqwa kepada Allah, lebih jujur bicaranya, lebih menyambung silaturrahim, lebih banyak sedekahnya, lebih serius mencurahkan diri dalam amal perbuatan yang ia bersedekah dengannya, dan bertaqarrub dengan amal perbuatan tersebut kepada Allah daripada Zainab.”
5. Zainab binti Jahsy Istri Rasulullah yang paling ‘panjang tangan’nya
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Istri yang paling awal menyusulku di antara kalian ialah istri yang paling panjang tangannya.’ Aisyah berkata,’Sepeninggal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, jika kami berkumpul di rumah salah seorang dari kami, maka kami memanjangkan tangan kami ke tembok dan kami berlomba memanjangkannya. Kami senantiasa berbuat seperti itu, hingga Zainab binti Jahsy wafat mendahului kami. Ia wanita yang pendek dan tidak mungkin tangannya lebih panjang dari tangan kami. Dari situlah, kami tahu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memaksudkan tangan panjang ialah tangan yang bersedekah” (HR. Bukhari & Muslim)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar