Total Tayangan Halaman

Selasa, 11 September 2012

SHAFIYAH BINTI HUYAI r.a


10.  SHAFIYAH BINTI HUYAI r.a
* Tentang Shafiyah binti Huyai r.a
Ayah Shafiyyah adalah kepala suku An-Nadhir, Huyai bin Akhtab bin Sa’ayah bin Taghlab bin Amir bin Ubaid. Sedangkan ibunya adalah Barrah binti Syamal. Beliau menikah pada tahun 7 H. Mahar dari Rasulullah untuk Shafiyah hampir sama dengan mahar Juwairiyah yaitu pemerdekaan dirinya seharga 7 ekor kambing. Hal ini terjadi karena Shafiyah tertawan kaum muslimin saat perang Khaibar.
Ketika dinikahi Rasulullah, Shafiyah adalah janda dari Salam bin Misykam (bercerai) dan Kinanah bin Ar-Rabi’ yang mati pada perang Khaibar. Usia Shafiyah saat itu adalah 17 tahun. Beliau hidup bersama Rasulullah selama ± 3 tahun. Beliau wafat pada tahun yang sama dengan Juwairiyah yaitu tahun 50 H. Shafiyah wafat di usia 60 tahun pada masa Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan.

* Keistimewaan Shafiyah binti Huyai r.a
1. Shafiyah binti Huyai Bermimpi kejatuhan bulan
Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma berkata,
Ada memar di kedua mata Shafiyah. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Shafiyah, ‘Ada apa di kedua matamu?’ Shafiyah berkata, ‘Aku pernah berkata kepada suamiku, ‘Aku bermimpi bulan turun di pangkuanku,’ kemudian suamiku menamparku sambil berkata, ‘Apakah engkau mengharapkan penguasa Yatsrib (Madinah)?’ Safiyah berkata ’Padahal tidak ada yang lebih kubenci saat itu selain Muhammad, karena ia telah membunuh ayahku. ” (HR. Ath-Thabrani )
2. Permintaan maaf Rasulullah kepada Shafiyah binti Huyai
Ketika Shafiyah menceritakan kejadian mimpi dan tamparan suaminya serta kebenciannya pada saat itu kepada Rasulullah, maka Rasulullah bersabda,
 “Hai Shafiyah, aku minta maaf kepadamu atas apa yang aku perbuat terhadap kaummu. Mereka berkata kepadaku ini dan itu.” (HR. Abu Ya’la)
Bani Nadhir adalah keturunan Yahudi yang bermukim di pinggiran kota Madinah dan memerangi Rasulullah. Ayah Shafiyah adalah kepala sukunya. Pada perang Khaibar, Bani Nadhir kalah, ayah Shafiyah mati terbunuh dan Shafiyah tertawan menjadi fa’i Rasulullah. Namun Rasulullah kemudian menikahinya dengan menjadikan pembebasannya sebagai mahar.
3. Pembelaan Rasulullah kepada Shafiyah binti Huyai atas Hafsah
Anas bin Malik Radhiyallahu Anhuma berkata,
“Shafiyah mendengar Hafsah berkata tentang dirinya, ‘Ia putri orang Yahudi, Shafiyah pun menangis. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam masuk ke tempat Shafiyah dan mendapatinya menangis. Beliau bersabda kepada Shafiyah, ‘Kenapa engkau menangis?’ Shafiyah berkata, ‘Hafsah berkata kepadaku bahwa aku putri orang Yahudi.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sungguh engkau putri nabi (Harun AS), pamanmu dari jalur ayah adalah nabi (Musa AS), Dan engkau menjadi istri nabi (Muhammad SAW). Apa alasan Hafsah berbangga diri atas engkau?’” (HR. Ath-Tirmidzi)
4. Rasulullah mendiamkan Zainab karena Shafiyah binti Huyai
Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada dalam sebuah perjalanan, kemudian unta milik Shafiyah sakit, sedang di unta Zainab terdapat kelebihan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Zainab, ‘Sesungguhnya unta milik Shafiyah sakit, bagaimana kalau engkau memberinya salah satu dari untamu?’ zainab berkata, ‘Aku harus memberi wanita yahudi itu?’ kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meninggalkan (mendiamkan) Zainab selama dua bulan Dzul Hijjah dan Muharram, atau tiga bulan tidak mendatanginya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, & Ibnu Sa’ad)
5. Kesaksian Rasulullah atas Empati Shafiyah binti Huyai
“Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menderita sakit yang membawa pada wafatnya beliau. Istri-istri beliau berkumpul di tempat beliau. Shafiyah binti Huyai berkata’ ‘Demi Allah, Wahai Nabi Allah, Andaikan aku bisa menanggung rasa sakitmu.’ Para istri Rasulullah memicingkan mata pada Shafiyah dan hal itu dilihat Rasulullah. Beliau bersabda, ‘Bersihkan diri kalian.’ Para istri Rasulullah berkata, ‘Dari apa, wahai Rasulullah?’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Dari picingan mata kalian terhadap teman kalian (Shafiyah). Sungguh ia berkata benar’.’’ (HR. Ibnu Sa’ad)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar