10. SHAFIYAH BINTI HUYAI r.a
* Tentang Shafiyah binti Huyai r.a
Ayah Shafiyyah adalah kepala suku An-Nadhir, Huyai bin Akhtab bin Sa’ayah bin Taghlab
bin Amir bin Ubaid. Sedangkan
ibunya adalah Barrah binti Syamal.
Beliau menikah pada tahun 7 H. Mahar dari Rasulullah
untuk Shafiyah hampir sama dengan mahar Juwairiyah yaitu pemerdekaan dirinya
seharga 7 ekor kambing. Hal ini terjadi karena Shafiyah tertawan kaum muslimin
saat perang Khaibar.
Ketika
dinikahi Rasulullah, Shafiyah adalah janda dari Salam bin Misykam (bercerai) dan Kinanah bin Ar-Rabi’ yang
mati pada perang Khaibar. Usia Shafiyah saat itu adalah 17 tahun. Beliau
hidup bersama Rasulullah selama ± 3 tahun. Beliau wafat pada tahun yang sama dengan
Juwairiyah yaitu tahun 50 H. Shafiyah wafat di usia 60 tahun pada masa Khalifah
Muawiyah bin Abi Sufyan.
* Keistimewaan Shafiyah
binti Huyai r.a
1. Shafiyah binti Huyai Bermimpi kejatuhan bulan
Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma berkata,
“Ada memar di kedua mata Shafiyah. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Shafiyah, ‘Ada
apa di kedua matamu?’ Shafiyah berkata, ‘Aku pernah berkata kepada suamiku,
‘Aku bermimpi bulan turun di pangkuanku,’ kemudian suamiku menamparku sambil
berkata, ‘Apakah engkau mengharapkan penguasa Yatsrib (Madinah)?’ Safiyah
berkata ’Padahal tidak ada yang lebih kubenci saat itu selain Muhammad, karena
ia telah membunuh ayahku. ” (HR. Ath-Thabrani )
2. Permintaan maaf Rasulullah kepada Shafiyah
binti Huyai
Ketika Shafiyah menceritakan
kejadian mimpi dan tamparan suaminya serta kebenciannya pada saat itu kepada
Rasulullah, maka Rasulullah bersabda,
“Hai
Shafiyah, aku minta maaf kepadamu atas apa yang aku perbuat terhadap kaummu.
Mereka berkata kepadaku ini dan itu.” (HR. Abu Ya’la)
Bani Nadhir adalah keturunan
Yahudi yang bermukim di pinggiran kota Madinah dan memerangi Rasulullah. Ayah
Shafiyah adalah kepala sukunya. Pada perang Khaibar, Bani Nadhir kalah, ayah
Shafiyah mati terbunuh dan Shafiyah tertawan menjadi fa’i
Rasulullah. Namun
Rasulullah kemudian menikahinya dengan menjadikan pembebasannya sebagai mahar.
3. Pembelaan Rasulullah kepada Shafiyah binti
Huyai atas Hafsah
Anas bin Malik Radhiyallahu Anhuma berkata,
“Shafiyah
mendengar Hafsah berkata tentang dirinya, ‘Ia putri orang Yahudi’, Shafiyah pun menangis. Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam masuk ke tempat Shafiyah dan mendapatinya
menangis. Beliau bersabda kepada Shafiyah, ‘Kenapa engkau menangis?’ Shafiyah
berkata, ‘Hafsah berkata kepadaku bahwa aku putri orang Yahudi.’ Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sungguh engkau putri nabi (Harun AS ), pamanmu dari
jalur ayah adalah nabi (Musa
AS ), Dan engkau menjadi istri
nabi (Muhammad SAW). Apa alasan Hafsah berbangga diri atas engkau?’” (HR. Ath-Tirmidzi)
4. Rasulullah mendiamkan Zainab karena Shafiyah binti Huyai
Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam berada dalam sebuah perjalanan, kemudian unta
milik Shafiyah sakit, sedang di unta Zainab terdapat kelebihan. Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Zainab, ‘Sesungguhnya unta milik
Shafiyah sakit, bagaimana kalau engkau memberinya salah satu dari untamu?’
zainab berkata, ‘Aku harus memberi wanita yahudi itu?’ kemudian Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam meninggalkan (mendiamkan) Zainab selama dua bulan
Dzul Hijjah dan Muharram, atau tiga bulan tidak mendatanginya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, & Ibnu Sa’ad)
5. Kesaksian Rasulullah atas Empati Shafiyah binti Huyai
“Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam menderita sakit yang membawa pada wafatnya beliau. Istri-istri
beliau berkumpul di tempat beliau. Shafiyah binti Huyai berkata’ ‘Demi Allah,
Wahai Nabi Allah, Andaikan aku bisa menanggung rasa sakitmu.’ Para
istri Rasulullah memicingkan mata pada Shafiyah dan hal itu dilihat Rasulullah.
Beliau bersabda, ‘Bersihkan diri kalian.’ Para istri Rasulullah berkata, ‘Dari
apa, wahai Rasulullah?’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Dari
picingan mata kalian terhadap teman kalian (Shafiyah). Sungguh ia berkata benar’.’’
(HR. Ibnu Sa’ad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar